Jumat 27 Jul 2018 12:39 WIB

Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated Sudah 40 Persen

Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated ditargetkan selesai pada 2019

Red: Nidia Zuraya
Pekerja beraktivitas di area pengerjaan pembangunan Jalan Tol layang Jakarta-Cikampek II, di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (17/7).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Pekerja beraktivitas di area pengerjaan pembangunan Jalan Tol layang Jakarta-Cikampek II, di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau jalan tol layang Japek II hingga saat ini telah mencapai sekitar 40 persen. Pemerintah menargetkan pembangunan ruas tol ini selesai pada 2019.

"Progress pekerjaan sampai saat ini adalah 40 persen. Kami targetkan akan selesai pada Maret 2019," kata Project Manager Japek II Fatkhur Rozaq dalam acara kunjungan lapangan di ruas tol Jakarta-Cikampek, Jakarta, Jumat (27/7).

Fatkhur memaparkan bahwa proyek jalan tol layang dengan panjang 38 kilometer ini sudah memasuki tahapan pekerjaan erection Steel Box Girder dan pekerjaan Slab lantai. Dalam proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated ini, ujar dia, metode kerja yang digunakan selama pekerjaan konstruksi antara lain metode Pondasi Bored Pile, metode Pierhead Sosrobahu, metode Pierhead Segmental Precast, dan metode Erection Girder.

Pembangunan proyek tol layang Jakarta-Cikampek II menggunakan sistem Sosrobahu, teknik konstruksi asli ciptaan anak negeri, yang digunakan dalam memutar pierhead (leher tiang penahan), agar tidak mengganggu arus lalu lintas di bawahnya. "Metode Sosrobahu berguna untuk mengatasi proses pembangunan jalan tol di atas jalanan yang sudah ramai, serta keterbatasan dan mahalnya biaya pembebasan lahan," kata Direktur Operasi II PT Waskita Karya, N Wirya Adnyana dalam acara pemutaran perdana pierhead di Tambun, Jawa Barat, Desember 2017 lalu.

Ia memaparkan, teknologi Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang yang ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati. Dengan teknik tersebut, lanjutnya, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90 derajat sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas.

Teknologi penggunaan sistem Sosrobahu seperti itu pernah digunakan seperti dalam pembangunan jalan laying bypass atau Jalan Tol Wiyoto Wiyono pada tahun 1988-1990, serta teknik serupa juga kemudian diaplikasikan dan digunakan di beberapa negara lainnya.

Dalam proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau tol layang Jakarta-Cikampek II itu bakal digunakan lebih dari 200 pierhead yang ditanam di tengah-tengah jalan tol tersebut, dan hampir seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan metode Sosrobahu tersebut.

Proyek tersebut merupakan bentuk kerja sama operasi (KSO) antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk bersama PT Acset Indonusa Tbk yang menandatangani kontrak dengan PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC), selaku anak perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang menjadi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated diperoleh Waskita Karya bersama Acset Indonusa pada 2017 dengan nilai kontrak sebesar Rp 13,53 triliun serta ditargetkan selesai dan sudah beroperasi pada tahun 2019 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement