REPUBLIKA.CO.ID, JALALABAD -- Pasukan keamanan Afghanistan telah memerangi dua pria bersenjata yang menyerbu sebuah gedung pemerintah di kota Afghanistan timur, Jalalabad, membawa puluhan orang sandera. Sedikitnya 15 orang tewas dalam aksi teror dua pelaku. Serangan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan yang menghantam Jalalabad, ibukota provinsi Nangarhar, dalam beberapa pekan terakhir.
Pengepungan pada hari Selasa (31/7) di kompleks pengurus repatriasi dan pengungsi dimulai setelah seorang pengebom bunuh diri meledakkan bom di pintu masuk gedung itu. Insiden ini berlangsung selama beberapa jam, di mana tembakan dan ledakan dapat didengar.
Juru bicara Attaullah Khogyani, juru bicara pemerintah provinsi Nangarhar, mengatakan insiden itu tampaknya berakhir dengan dua pria bersenjata tewas dan banyak bangunan hancur. Khogyani mengatakan serangan itu terjadi saat pertemuan dengan LSM yang menangani isu-isu terkait pengungsi. Kepala direktorat dan beberapa orang lainnya dibawa ke tempat yang aman, katanya dilansir Aljazirah, Rabu (1/8).
Dia mengatakan sedikitnya 15 orang telah tewas dan 15 orang terluka, meskipun jumlah totalnya dapat meningkat ketika pekerja penyelamat mencari korban di lokasi tersebut. Sohrab Qaderi, anggota dewan provinsi setempat, mengatakan delapan tewas dan sebanyak 30 orang terluka. Tidak ada klaim yang menyatakan sebagai pelaku yang bertanggung jawab atas serangan ini.
Menurut seorang saksi, serangan itu dimulai ketika sebuah mobil hitam dengan tiga penumpang berhenti di pintu masuk ke sebuah gedung yang digunakan oleh departemen urusan pengungsi. Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arahnya.
Kemudian, seorang penyerang meledakkan diri di gerbang dan dua pria bersenjata memasuki gedung, yang berada di daerah dekat toko-toko dan kantor-kantor pemerintah. Beberapa menit kemudian, mobil itu meledak, dan melukai orang di jalan.
Qaderi mengatakan sekitar 40 orang tampak tertangkap di dalam gedung, yang terbakar pada tahap awal serangan itu. Satu sandera telah menelepon dinas keamanan dan memberi tahu mereka bahwa para penyerang telah memerintahkan orang-orang di dalam untuk tidak bergerak.