Rabu 15 Aug 2018 17:06 WIB

Kinerja Ekspor Sumbar Mulai Membaik

Lonjakan ekspor ditopang produksi minyak kelapa sawit.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Petani memindahkan buah kelapa sawit yang baru dipanen, di Padangpariaman, Sumatera Barat, Senin (16/7).
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Petani memindahkan buah kelapa sawit yang baru dipanen, di Padangpariaman, Sumatera Barat, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kinerja ekspor Sumatra Barat pada Juli 2018 mulai menunjukkan perbaikan, setelah sejak awal tahun mencatatkan tren penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis, kinerja ekspor Sumbar pada Juli 2018 menyentuh 153,46 juta dolar AS. Angka ini naik 41,84 persen dibanding ekspor bulan sebelumnya. 

Lonjakan nilai ekspor ini didorong oleh peningkatan produksi minyak kelapa sawit (CPO). "Ekspor Sumbar ini didominasi oleh CPO nyaris 70 persen dan karet 19 persen. Naik turunnya harga dan produksi dua komoditas itu paling mempengaruhi kinerja ekspor kita," jelas Kepala BPS Sumbar Sukardi, Rabu (15/8).

BPS merinci, golongan barang ekspor pada Juli 2018 paling banyak adalah produk lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai 121,11 juta dolar AS, diikuti golongan karet dan barang dari karet dengan nilai 18,45 juta dolar AS. Kedua produk itu paling mendominasi kontribusi ekspor Sumbar. 

Sementara bila dilihat dari negara tujuan ekspor, maka India masih duduk di posisi pertama dengan nilai ekspor 38,60 juta dolar AS. Singapura dan Amerika Serikat menyusul di peringkat dua dan tiga dengan nilai ekspor masing-masing 30,48 juta dolar AS dan 26,6 juta dolar AS. 

Meski nilai ekspor Sumbar mengalami kenaikan secara bulanan (mtm), kondisinya berbalik bila dilihat secara kumulatif tahun ke tahun (yoy). Secara kumulatif, ekspor Sumbar pada Januari hingga Juli 2018 sebesar 926,51 juta dolar AS. Angka ini turun 27,40 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017 lalu. Lagi-lagi, harga produk CPO dan karet yang masih rendah menjadi alasan utama merosotnya ekspor Sumbar tahun ini dibanding tahun lalu. 

"Ditambah pula kesepakatan negara-negara pengekspor karet terbesar yang membatasi ekspor sekitar 350 ribu ton demi menaikkan harga yang sedang rendah," ujar Sukardi. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement