Senin 03 Sep 2018 18:29 WIB

Peneliti LSI: Asian Games Ajarkan Persatuan Indonesia

Menurut dia, semua bersatu demi kemenangan Indonesia.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Israr Itah
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia Prabowo Subianto dan Pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah berpelukan usai pertandingan cabang olahraga silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia Prabowo Subianto dan Pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah berpelukan usai pertandingan cabang olahraga silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti politik Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar menilai perhelatan Asian Games 2018 meninggalkan pesan persatuan bagi masyarakat Indonesia. Ketika para atlet-atlet berjuang atas nama Indonesia, masyarakat tak lagi peduli pada pilihan politiknya masing-masing. Menurut dia, semua bersatu demi kemenangan Indonesia.

"Kontestasi di Asian Games, orang tidak lagi tertuju soal pilpres. Orang lebih memperlihatkan sisi entitas Indonesia," kata dia, ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (3/9).

Ia mengatakan, olahraga bisa menyatukan semua perbedaan. Masyarakat tidak melihat latar belakang para atlet. Semua berjuang sebagai warga Indonesia.

Karena itu, menurut dia, hal itu harus banyak ditampilkan untuk memperkuat kesatuan bangsa Indonesia. Dengen begitu, keragaman bangsa tidak hanya muncuk ke publik, melainkan juga dunia internasional.

"Indonesia tidak hanya dihuni oleh penduduk yang homogen, tapi heterogen dan memiliki persatuan yang kuat," ujar dia.

Menurut dia, salah satu momen yang patut dicontoh adalah pelukan dari atlet pencak silat, Hanifan untuk calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Hanifan, kata Rully, seolah ingin menyampaikan bahwa yang memberikan andil bukan hanya Prabowo sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) atau Jokowi sebagai Presiden Indonesia, melainkan keduanya.

"Semua pemimpin di negeri ini punya andil baik untuk memajukan bangsa ini bersama-sama," kata dia.

Ketika pencak silat menyabet 14 medali emas, kata Rully, masyarakat tidak melihat itu andil Jokowi atau Prabowo. Masyarakat melihat itu sebagai hasil atas nama Indonesia.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Syamsuddin Haris menilai, momen pelukan itu harus dapat menciptakan suasana kondusif untuk Pilpres 2019. Artinya, ketika calonnya bisa berdamai, mestinya kompetisi Pemilu yang akan datang itu bisa damai.

"Tanpa mesti saling menjatuhkan dengan kampanye hitam," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement