REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Beberapa tahun terakhir ini, masyarakat mulai melirik kembali pola hidup sehat. Semua kebiasaan hidup selalu dikaitkan dengan gaya hidup sehat. Mulai dari pola tidur sehat, makanan sehat, dan pola hidup sehat lainnya.
Kondisi lingkungan yang kurang baik dengan banyaknya polusi dan radikal bebas, serta banyaknya makanan junk food yang tidak sehat membuat banyaknya manusia yang menderita penyakit berbahaya pada usia dini. Keadaan ini menuntut manusia untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kesehatannya.
Kondisi ini menuntut banyak pihak menciptakan inovasi pola hidup sehat. Seperti yang telah dilakukan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Evy Damayanthi MS. Staf Pengajar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB ini melakukan banyak penelitian pangan fungsional yang merupakan salah satu inovasi pangan sehat. Pangan fungsional juga cocok untuk memenuhi kebutuhan manusia yang ingin menerapkan gaya hidup sehat.
Menurut Prof Evy, pangan fungsional adalah makanan atau minuman yang memiliki manfaat gizi di luar kandungan gizi konvensional. Kandungan gizi konvensional terdapat enam jenis yaitu karbohidrat, vitamin, air, lemak, protein, dan mineral. “Kandungan lain diantaranya: kandungan flavonoid pada teh, likopen pada tomat, kolin dan masih banyak yang lainnya,” kata Prof Evy dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/7).
Ia menambahkan, kandungan zat-zat tersebut mempunyai fungsi khusus seperti sebagai antioksidan, menangkal radikal bebas, mencegah penyakit, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan daya ingat (mengurangi pikun), dan membantu menguraikan penumpukan lemak di hati.
Beberapa contoh produk pangan fungsional yang telah berhasil dibuat Prof Evy di antaranya adalah minuman bubuk dari bekatul padi, teh hijau tinggi katekin, teh hitam, keju mozarela dari probiotik susu kerbau, kukis pegagan, dan lain-lain.
Penelitian tentang pangan fungsional ini telah dilakukan Prof Evy sejak tahun 2002 . Saat itu, Prof Evy memulainya dari pengujian karakteristik bahan. Setelah diketahui karakteristik dan kandungan bahan, barulah dibuat produknya.
Namun sebelumnya telah diuji organoleptik terlebih dahulu, yaitu uji kecocokan dari respons pancaindera. Jika rasa, bau, dan teksturnya dapat diterima panca indera maka berlanjut ke proses pembuatan produk. Setelah produk jadi, tahap selanjutnya adalah uji klinis.
“Tujuan penelitian ini untuk mencegah penyakit melalui konsumsi makanan dan minuman sehat. Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari suatu produk,” ujar Evy.
Evy juga menambahkan, dengan mengkonsumsi fungsional dapat mencegah penyakit khususnya degeneratif. “Mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati. Saya berharap semakin banyak penelitian untuk mengeksplor kandungan bahan pangan lain, karena Indonesia kaya akan tanaman sumber pangan. Selain itu, saya pun berharap semoga produk-produk pangan fungsional yang sudah diteliti dapat dikembangkan dan diproduksi secara luas atau dapat dikomersialisasikan, agar semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya,” ujar Prof Evy Damanyanthi.