REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pencopotan Retno Listyarti dari jabatannya sebagai Kepala SMA Negeri 3 Setiabudi Jakarta Selatan dinilai sarat maladministrasi.
"Saya meninggalkan (SMAN 3) satu jam. Bukan lima hari berturut-turut. Jenis hukumannya seharusnya sedang. Itu harusnya bertahap. Setelah lisan nggak bisa dikasih tahu, baru teguran tertulis," ujar Retno Listyarti saat ditemui di Kantor LBH Jakarta, Ahad (17/5).
Retno juga menampik bahwa dirinya sebagai kepala sekolah tidak ada di SMAN 3 Jakarta selama UN berlangsung pada 14 April silam.
Retno mengaku, dirinya hanya meninggalkan SMAN 3 Jakarta selama satu jam untuk memenuhi undangan wawancara oleh sebuah stasiun televisi swasta di SMA 2 Olimo Jakarta Barat.
Adapun acara talkshow watersebut, menurut Retno, belum sempat direkam lantaran dia mesti kembali ke SMAN 3 Jakarta sebelum pukul 07.30 pagi.
"Hari itu, saya sudah ke sekolah (SMAN 3 Jakarta) paginya. Saya pun mendelegasikan tugas saya kepada Wakil Bidang Kurikulum. Dan saya kemudian kembali (dari SMAN 2 Olimo Jakarta). Saya tetap ada di sekolah hingga (pukul) 16.45," ungkap Retno.
Selain terkait beratnya sanksi, Retno juga akan menggugat Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta ke ranah hukum lantaran tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepada dirinya perihal pencopotan dan mutasi tersebut.
Sebelumnya, Retno Listyarti dipecat dari jabatannya sebagai Kepala SMAN 3 Setiabudi Jakarta Selatan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Retno lantas diturunkan sekaligus dimutasi menjadi guru di SMAN 13 Jakarta Utara sejak 11 Mei 2015.
Menurut Retno, pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta menganggap dirinya telah mengabaikan tugas sebagai kepala sekolah ketika Ujian Nasional (UN) berlangsung pada Selasa (14/4) lalu.
Retno dianggap lebih mementingkan kepentingan pribadi, yakni memenuhi undangan wawancara dari sebuah stasiun televisi swasta di SMA 2 Olimo Jakarta Barat.
Adapun di tempat yang sama pada hari itu, Presiden Joko Widodo dengan didampingi Menteri Anies Baswedan dan Gubernur DKI Jakarta Ahok sedang meninjau pelaksanaan UN tingkat SMA. Retno sendiri mengaku, tidak tahu bahwa Presiden dan Menteri akan hadir di lokasi wawancara sebelumnya.
Retno mengaku, pada Senin (11/5) pagi, dirinya baru menerima surat pencopotan sebagai kepala sekolah SMAN 3 Jakarta.
Namun, lanjut Retno, di siang pada hari yang sama pula, dirinya langsung disuruh melakukan serah terima jabatan. Prosedur yang serba mendadak ini membuat Retno tidak bisa menggunakan haknya untuk mengajukan keberatan.
"Jadi pada hari yang sama saya menerima surat itu, pada hari yang sama itu (juga) saya harus melakukan serah terima jabatan. Tanggal 11 itu saya menerima surat, diantar sendiri oleh Sekretaris Dinas (Disdik)," tutur Retno.
Retno menduga, keputusan Disdik atas dirinya lebih didasarkan pada subyektivitas. Maka, Retno didampingi LBH Jakarta, Senin (18/5) besok akan mendatangi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menyampaikan surat keberatan. Selain itu, dugaan maladministrasi itu akan diadukan pula ke Ombudsman.
"Tentu saja saya harus membersihkan nama baik. Kita akan menguji, apakah hukuman ini sebanding dengan apa yang diperbuat," tutup dia.
Muhammad Isnur dari LBH Jakarta menambahkan, selama ini Retno Listyarti dikenal sebagai seorang pendidik yang lantang menyuarakan kebobrokan UN, misalnya terkait kebocoran kunci jawaban.
Karenanya, kuat dugaan bahwa pencopotan dan mutasi tersebut hanya untuk menggertak Retno agar tidak lagi menyuarakan perihal kebocoran UN.
"Setelah kami cermati, maka kami mengambil sikap, keputusan Kepala Dinas Pendidikan tidak tepat," ucap Muhammad Isnur.