Rabu 28 Dec 2016 15:19 WIB

Kemristekdikti Revitalisasi 12 Politeknik untuk Hadapi TKA

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pendidikan Vokasi (ilustrasi)
Foto: www.pnj.ac.id
Pendidikan Vokasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) akan merevitalisasi 12 politeknik pada 2017. Tujuannya, untuk memperbaiki kualitas pendidikan vokasi. Selain itu, revitalisasi juga bertujuan untuk menyiapkan generasi muda menghadapi serbuan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia.

"(Pendidikan vokasi untuk hadapi TKA) akan kita dorong. Kami akan revitalisasi 12 politeknik untuk lebih baik," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di kantor Kemristekdikti, Senayan, Jakarta (28/12).

Sementara itu, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Kemristekdikti Patdono Suwignjo menjelaskan selama ini pendidikan vokasi di Indonesia tak relevan dengan dunia industri.

"Kita bertekat memperbaiki situasi itu. Di dalamnya ada program revitalisasi pendidikan vokasi, dimulai SMK oleh Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayan), dan pendidikan vokasi oleh Kemristekdikti," kata Patdono.

Ia menjelaskan, jumlah pendidikan vokasi di negara maju, lebih banyak daripada Indonesia. Hal tersebut berdampak pada banyaknya jumlah mahasiswa pendidikan vokasi dibanding akademik.

Ia mencontohkan, sebanyak 78 persen dari total jumlah mahasiswa di Australia merupakan mahasiswa pendidikan vokasi. Sementara di Indonesia, hanya 56 persen mahasiswa yang memilih pendidikan vokasi dari total jumlah mahasiswa di Indonesia.

Patdono menyebut, Kemristekdikti akan merevisi sejumlah kebijakan untuk mendukung pendidikan vokasi di Indonesia. Pertama, Kemristekdikti memoratorium izin pendirian universitas. Tujuannya, untuk mendorong pendirian politeknik dan institut teknologi. Kedua, Kemristekdikti memoratorium izin pembukaan program studi selain sains.

Ia menargetkan, seluruh lulusan pendidikan vokasi dapat bekerja sesuai kompetensi masing-masing pada 2019 mendatang. Saat ini, Kemristekdikti berupaya merevisi kurikulum pendidikan vokasi untuk disusun berdasarkan standar industri. Selain itu, pengajar di pendidikan vokasi, yakni 50 persen dosen dan 50 persen dari industri.

Mahasiswa vokasi akan mendapat dua sistem pengajaran, yakni perguruan tinggi dan industri. Kemristekdikti juga akan membangun tempat praktik yang disesuaikan dengan dunia industri

"Desember sudah ada iklan dan dialog menteri dengan pengusaha tentang pentingnya pendidikan vokasi. Ini program strategis dan jangka panjang. Jumlah mahasiwa politeknik lebih besar dari yang akademik," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement