Selasa 03 Oct 2017 12:40 WIB

Publikasi Ilmiah Internasional Indonesia Naik Peringkat 3

Rep: Kabul Astuti/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (tengah)
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama dua tahun terakhir, sejak 2014 hingga 2017, publikasi ilmiah dosen dan peneliti Indonesia mengalami kemajuan signifikan. Untuk pertama kali dalam 20 tahun, pada tahun 2017 ini publikasi ilmiah Indonesia berhasil mengungguli Thailand.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, peningkatan jumlah artikel ilmiah internasional Indonesia lebih cepat daripada peningkatan jumlah lektor kepala dan profesor maupun peningkatan anggaran penelitian.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir optimistis publikasi ilmiah internasional Indonesia pada akhir tahun nanti dapat melampaui Singapura. Sebelumnya di tahun 2016 Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan jumlah publikasi sebanyak 11.865.

"Untuk itu, saya optimis di akhir tahun 2017 publikasi Indonesia mampu mencapai angka 15 ribu - 17 ribu dan dapat menggeser Singapura yang berada di peringkat ke-2," ujar Nasir dalam pernyataan tertulis di Jakarta (3/10).

Publikasi Ilmiah Internasional Indonesia terindeks Scopus, salah satu pengindeks internasional bereputasi, per tanggal 2 Oktober 2017 pukul 08.46 WIB berada pada angka 12.098 publikasi. Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan capaian publikasi ilmiah internasional Indonesia pada bulan Agustus pada angka 9.501 publikasi.

Peringkat publikasi ilmiah internasional terindeks Scopus untuk wilayah di ASEAN paling tinggi masih dipegang Malaysia dengan 20.304, disusul Singapura 14.616. Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dengan 12.098, di atas Thailand yang berada di posisi keempat dengan 10.924.

Jurnal nasional yang terindeks pengindeks internasional bereputasi pada tahun ini juga mengalami peningkatan signifikan, meningkat dari 0 jurnal menjadi 33 jurnal. Sedangkan ,jurnal nasional yang terindeks di Directory of Open Access Journal meningkat tajam dari 76 menjadi 931 jurnal. Jurnal nasional terakreditasi meningkat dari 75 menjadi 283 jurnal.

"Momentum ini harus dijaga," kata Nasir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement