REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Zehandana Khatami Rasyid telah melahirkan karya Smart Tongkang. Prototipe ini akan diikutsertakan dalam ajang inovasi tingkat dunia, Advance Innovation Jam (AI-JAM) di Tokyo, Jepang pada 8 Desember mendatang.
Zehandana menjelaskan, ide penciptaan Smart Tongkang pada dasarnya tidak lepas dari potensi garam di Indonesia yang cukup menjanjikan. Akan tetapi penggunaan garam domestik dan dunia terus meningkat. "Untuk menutupi kekurangan itu, maka dilakukan impor," jelas Zehandana.
Pada 2018 impor garam Indonesia mencapai 3,7 juta ton dengan nilai 83,6 juta dolar AS. Sementara impor garam di tahun ini dialokasikan sekitar 2,7 juta ton. Alasannya, produksi dan kualitas garam lokal dianggap tidak mencukupi kebutuhan industri domestik.
“Artinya negara mengeluarkan Rp 1,34 triliun untuk impor garam. Dengan biaya impor sebesar itu, sementara petani garam jauh dari kata sejahtera,” ungkap Zehandana dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (4/12).
Menurut Zehandana, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan garam lokal kurang diminati. Antara lain, kurangnya pendampingan dari ahli dan eksploitasi tradisional yang belum maksimal. Kepemilikan lahan terbatas dan ketergantungan pada cuaca serta efisiensi produksi yang rendah.
Zehandana menilai, diperlukan solusi berupa pernambahan lahan yang fleksibel. Akan tetapi masih bisa membantu percepatan produksi garam yang sesuai standar layak. "Sehingga bisa dipindah-pindah dan didekatkan menuju pabrik, sehingga mengurangi biaya transport dan operasional truk," tegasnya.
Solusi berupa penambahan lahan terapung menjadi masuk akal. Sebab, teknologi ini bisa dipindah atau didekatkan menuju pabrik. Apalagi jika disematkan teknologi tambahan berupa control device Android untuk mengetahui posisi, kadar air, temperatur, dan pengaktifan fitur mekatronika otomatisnya.
Selain itu, ia melanjutkan, teknologi ini juga turut dilengkapi atap, cermin, generator kincir dan sekop yang bisa dikendalikan otomatis. Kemudian tongkang antikarat, tow hook, dan anchor sehingga membuatnya mudah dipindahkan. Zehandana berharap pembuatan tambak garam hibrid dapat menjadi solusi untuk membantu petani mempercepat pembuatan garam yang sesuai standar keperluan industri.
Di sisi lain, rancangan tongkang ini juga diharapkan dapat menjawab beberapa masalah. Antara lain seperti keterbatasan lahan karena proses kristalisasi yang dilakukan di atas laut. Lalu kualitas garam yang bisa ditingkatkan seperti kebersihan, warna dan penurunan kadar air.
"Dan juga percepatan produksi yang semula 15 hari menjadi delapan sampai 10 hari karena rekayasa mekatronika," jelasnya.
Hal yang pasti, karya mahasiswa UMM ini ditargetkan dapat mempercepat produksi panen garam dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini termasuk membantu meningkatkan harga jual panen yang lebih tinggi.
Selain Zehandana, Smart Tongkang juga turut diciptakan oleh Haryo Widya Darmawan dan Annisa Widya Nurmalitasari. Sebelumnya, karya ini pernah menjadi Juara II karya tulis ilmiah yang diadakan APSTM-PTM (Asosiasi Program Studi Teknik Mesin Perguruan Tinggi Muhamadiyah). Selanjutnya, juga di LNTRBM (Lomba Nasional Tahunan Rancang Bangun Mesin) yang diadakan oleh BKSTM (Badan Kerja Sama Teknik Mesin) dan sebagainya.