REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menemukan sebanyak 87 titik panas terdeteksi oleh satelit di Sumatra awal pekan ini. Titik tersebut mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Senin (17/9), mengatakan, ke-87 titik panas ini tersebar di empat provinsi, yakni Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung.
"Pagi ini di Aceh, nihil titik panas. Tetapi di empat provinsi ada 87 titik, dan terbanyak masih disumbang oleh Sumsel (Sumatera Selatan) dan Bangka Belitung," terang dia.
Dari laporan pihaknya yang terus melakukan pembaharuan data titik panas menyebut, ada 24 titik di antaranya telah menjadi titik api akibat karhutla karena memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 81 persen.
Lalu 26 titik di antaranya diduga sebagai titik api akibat dengan tingkat kepercayaan di atas 71 persen, 19 titik mengkhawatirkan dengan kepercayaan lebih 61 persen, dan terakhir 18 titik dalam kategori aman akibat tingkat kepercayaan 51 persen.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pekan lalu mengklaim, titik panas dan kebakaran di Kalimantan dan Sumatera jauh berkurang akibat sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengurangi titik panas yang mengindikasikan karhutla.
Kasubdit Tanggap Darurat BNPB, Budhi Erwanto mengatakan, dari perkembangan kabar yang pihaknya terima, jumlah titik panas di Sumatra dan Kalimantan dewasa ini sudah menurun.
"Saya tidak hapal angka (penurunan hotspotnya), yang jelas jumlahnya menurun dibandingkan kemarin karena kami menurunkan helikopter 'water bombing', hingga melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC)," katanya.