REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Perencanaan Badan SAR Nasional Abdul Haris mengungkapkan, fokus pencarian korban menjelang sepekan bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah adalah menyelamatkan korban di daerah paling parah. "Sekarang ini, Basarnas fokus terlebih dahulu mencari dan menyelamatkan para korban di daerah terparah, seperti Palu, Sigi, Balaroa, dan Donggala serta daerah-daerah yang ditandai warna merah setelah gempa dan tsunami terjadi," ujar Abdul Haris, Kamis (4/10).
Menurutnya, terkait yang dilakukan Basarnas bahwa lembaganya menerima informasi gempa pada Jumat (28/9) dari BMKG dan tercatat ada lima kali gempa. "Kami mengerahkan operasi gabungan dalam hal ini Polri, TNI, LSM, dan masyarakat. Kita tahu bersama berdasarkan UU Kebencanaan pada dasarnya SAR adalah salah satu master dalam perencanaan," katanya.
Dalam hal ini, SAR berperan sebagai koordinator. Karena itu, Basarnas menunjuk kepada SAR Palu selaku koordinator untuk menggalang kerja sama dengan berbagai unsur tersebut. Sedangkan untuk misi pencarian korban dibantu koordinator lapangan serta bantuan darat, laut, dan udara. "Mengenai komando pengendalian, kami dari kantor pusat mengendalikan dan meng-update infonya hari perhari. Kami punya Basarnas Command Center yang berada di Kemayoran dan berkoordinasi dengan yang ada di lapangan," tambahnya.
Sebagai bala bantuan, Basarnas mengarahkan tiga kapal, yaitu KM Pacitan dari Kendari, dan dua kapal lagi, yaitu KM SAR Laksmana dari Banjarmasin dan KM SAR Wisageni dari Banjarmasin.
Ia juga menjelaskan bahwa kualifikasi personel Basarnas sedang didorong untuk memiliki sertifikasi internasional. "Personel kami mempunyai kualifikasi untuk menerobos tempat-tempat sulit dan sempit. Selanjutnya kami mengirimkan helikopter ke lokasi untuk pengangkutan korban jika membutuhkan pertolongan segera mungkin," jelas Abdul Haris. Dia mengatakan, hasil operasi SAR ini memang berhasil mendata angka korban sebanyak 1.424 jiwa.