REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Azerbaijan diambil dari kata Atropates, seorang bangsawan Persia yang mengabdi pada Raja Darius III dan Alexander III Macedonia, yang pada akhirnya mendirikan sebuah kerajaan independen. Nama Atropatene merupakan transliterasi Yunani oleh penduduk Iran kuno yang menyusun nama yang memiliki arti dilindungi oleh api suci atau tanah api suci.
Nama Yunani itu disebutkan oleh dua sejarawan Yunani Diodorus Siculus dan Strabo. Setelah berabad-abad, nama itu berkembang menjadi Adharbadhagan, Adharbayagan, Azarbaydjan, dan Azerbaican (Azerbaijan).
Bukti awal adanya permukiman penduduk di wilayah Azerbaijan merujuk pada zaman batu akhir dan terhubung dengan budaya Guruchay pada Gua Azykh (gua yang diperkirakan berusia lebih dari 300 ribu tahun) yang diyakini sebagai tempat tinggal manusia zaman batu.
Salah satu wilayah permukiman awal yang ditemukan melalui penggalian arkeologis di sana adalah wilayah Scythia yang ditinggali para penunggang kuda nomadik pada abad ke-9 SM.
Sejarah Islam di Azerbaijan dimulai pada masa yang disebut era feodal dalam sejarah Azerbaijan. Negara itu dikuasai oleh Dinasti Sassanid sejak tahun 252 M saat dinasti tersebut menjadikan Albania negara taklukan. Raja Albania Urnayr menjadikan Kristen sebagai agama resmi negara saat itu pada abad ke-4.
Baca: Negeri Muslim di Sudut Eurasia
Pada 667 M, Kekhalifahan Umayyah memukul mundur Sassanid dan Bizantium. Dinasti Umayyah menjadikan Albania negara taklukan pada 667 M setelah mendapat perlawanan dari kaum Kristen di bawah pimpinan Pangeran Javanshir (pangeran Albania dari Dinasti Mihranid yang memimpin sejak 643¨C681 M). Kerajaan Sassanid, yang dikuasai oleh Dinasti Sassania, menjadi kerajaan Persia pra-Islam terakhir.
Kekosongan kekuasaan akibat kemunduran Khilafah Abbasiyah memunculkan sejumlah dinasti lokal, seperti Sallarids, Sajids, Shaddadids, Rawadids, dan Buwaih. Pada awal abad ke-11 M, wilayah ini secara bertahap direbut oleh kelompok konfederasi suku Turki dari Asia Tengah dalam Ekspansi Turki. Dinasti Turki yang berdiri pertama kali saat itu adalah Ghaznavids, yang pada 1030 M memasuki wilayah yang sekarang dikenal sebagai Azerbaijan.
Sepanjang abad pertengahan, Azerbaijan dipimpin oleh beberapa dinasti Islam, seperti Dinasti Seljuk (1071¨C1325), Atabegs of Azerbaijan (1136¨C1225), Qara Qoyunlu (1375¨C1468), Aq-Qoyunlu (1378¨C 1508), dan Shirvanshah (861¨C1539). Kerajaan Seljuk adalah kerajaan Muslim Sunni Persia-Turki yang pada satu waktu dikuasai oleh dinasti dari konfederasi suku Turkis, Atabegs of Azerbaijan.
Menurtu Yarshater (1987) dalam The Iranian Language of Azerbaijan, penduduk Azerbaijan yang pada waktu itu berbicara bahasa Iran (bahasa Azari), secara bertahap menggunakan bahasa Turki yang sejak abad 11 M dikenal sebagai bahasa Azerbaijan Lama. Sementara itu, dalam Proceedings of the Third European Conference of Iranian Studies(Ludwig, 1998), disebutkan bahwa para ahli bahasa menyebut dialek Tati pada penduduk Azerbaijan Iran dan Republik Azerbaijan sebagai sisa-sisa bahasa Azari. [38¨C39].
Republik Demokratis Azerbaijan merupakan republik parlementer modern pertama dalam dunia Islam yang berdiri pada 28 Mei 1918. Pada 28 April 1920, Azerbaijan menjadi bagian dari Uni Soviet dan mulai mendeklarasikan kemerdekaan sejak 30 Agustus 1991 dan mencapai kemerdekaan sepenuhnya pada 18 Oktober 1991.
Dewasa ini, negara dengan populasi sebanyak 9.165.000 jiwa (perkiraan tahun 2011) itu menghadapi sebuah permasalahan sosial berbasis isu agama. Seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Azerbaijan menyerukan pelarangan hijab (termasuk jilbab) bagi perempuan dan jenggot pada kaum laki-laki. Langkah itu, seperti disebut sejumlah pemberitaan internasional, diambil pemerintah untuk meminimalisasi aktivitas organisasi Islam garis keras yang berkembang di sana.
Beberapa organisasi garis keras memang disebutsebut berkembang di Azerbaijan. Salah satunya adalah Alqaeda. Terlepas dari alasan penerapan aturan tersebut oleh Pemerintah Azerbaijan, Muslim di sana beramai-ramai melakukan aksi protes di jalan menuntut pencabutan aturan tersebut dan menga takan bahwa hijab adalah hak mereka.