Jumat 19 Oct 2018 10:21 WIB

Jalur Pendakian Rinjani Belum Bisa Dibuka Pascagempa

Masih banyak fasilitas yang rusak berat pascagempa Lombok.

Rep: Muhammad Nursamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Sejumlah pendaki turun dari puncak Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (30/7). (Antara/Eka Fitriani)
Sejumlah pendaki turun dari puncak Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (30/7). (Antara/Eka Fitriani)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono mengatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani belum dapat dibuka dalam waktu dekat. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Balai TNGR bersama TNI, Polri, Basarnas, Dinas Pariwisata NTB, Lombok Utara, Lombok Timur, BPBD, trek organizer, pramuwisata, dan porter pada 3-5 Oktober lalu.

Survei lapangan dilakukan di sejumlah jalur pendakian seperti Sembalun, Senaru, dan Torean. Sudiyono menyampaikan, pembahasan hasil survei telah dilakukan bersama Basarnas, Badan Wilayah Sungai, dan Ahli Geologi dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB pada 8 Oktober.

Sudiyono menjelaskan, ada beberapa catatan  terkait kondisi sarana dan prasarana pascagempa di jalur pendakian Sembalun. Kantor Balai TNGR Resort Sembalun rusak sedang hingga berat, terdapat 14 titik longsor dan 11 titik tanah retak, dan satu pos unit jaga di pos 2 Sembalun rusak ringan, jembatan beton dengan rantai besi rusak berat namun masih bisa dilewati. Adapun 12 unit shelter di jalur pendakian Sembalun dinyatakan dalam kondisi baik.

"Tim melaksanakan survei sampai 7,8 kilometer (km). Jalur pendakian Sembalun terputus akibat longsor di bukit Penyesalan (sekitar 120 meter sebelum Pelawangan Sembalun)," ujar Sudiyono, Jumat (19/10).

 

Kondisi tak jauh beda juga terjadi di jalur pendakian Senaru. Kantor Balai TNGR Resort Senaru mengalami rusak berat, gapura pendakian di Jebag Gawah Senaru rusak ringan, pos jaga serta toilet Jebag Gawah Senaru rusak berat.

"Sepanjang jalur pendakian Senaru terdapat 14 titik longsor dan retakan tanah. Jalur pendakian Senaru terputus akibat longsor di bawah Pelawangan Senaru," kata dia.

Untuk jalur pendakian Torean, kata Sudiyono, terdapat 12 titik longsor dan retakan tanah. Dia menyebutkan, jalur pendakian Torean juga terputus di jalur sebelum air terjun Penimbungan akibat longsor.

Sudiyono menyampaikan, berdasarkan hasil survei dan pembahasan diputuskan jalur pendakian Sembalun, Senaru, dan Torean belum dapat dibuka kembali. Tim juga akan kembali melakukan survei rencana rehabilitasi jalur pendakian dan fasilitas pendukung yang baru bisa dilakukan setelah musim hujan atau sekira Mei 2019.

"Dalam kondisi normal, pembukaan jalur pendakian Gunung Rinjani menuju Danau Segara Anak diperkirakan dapat dilakukan pada 2020," kata dia.

Sudiyono berharap, longsoran di Gunung Rinjani dijadikan pertimbangan bagi pihak terkait dalam antisipasi bencana bagi masyarakat yang berada di sekitar daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Rinjani ketika musim hujan yang akan datang.

Kata dia, Balai TNGR juga akan melalukan survei jalur wisata alternatif bersama pihak terkait pada 15 Oktober 2018.

"(Jalur wisata alternatif) memberikan alternatif wisata bagi para pelaku wisata yang selama ini menggantungkan mata pencaharian dari jalur pendakian Gunung Rinjani," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement