REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Masjid Agung Kota Tasikmalaya menjadi saksi ratusan umat Islam Tasikmalaya menggelar aksi bela tauhid. Aksi itu dilakukan menyusul insiden pembakaran bendera tauhid oleh oknum Banser Ansor di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10).
Koordinator aksi, Asep Lukija mengatakan, aksi yang digelar pada Rabu (24/10) itu dikemas lewat kegiatan bertema ‘Dakwah Kalimat Tauhid on the Sreet’. Kegiatan bela panji tauhid itu juga dilengkapi dengan long march menyusuri jalan protokol di Tasikmalaya.
Kegiatan ini, kata dia, mengusung tema dakwah karena dikemas dengan kegiatan edukasi. "Sehingga, aksi lebih menekankan edukasi terkait makna dan sejarah kalimat serta panji tauhid,” kata Asep saat dijumpai di sela aksi yang melibatkan ratusan umat Islam di Tasik tersebut.
Umat muslim di Tasikmalaya menggelar aksi bertema Dakwah Kalimat Tauhid on the Sreet di depan Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (24/10). Aksi ini sebagai bentuk protes atas insiden pembakaran bendera tauhid di Garut.
Menurutnya, aksi itu juga menyampaikan edukasi kepada masyarakat terkait syarat-syarat yang menjadikan kalimat tauhid menjadi kunci pintu surga. Ia menilai, edukasi ini memiliki urgensi karena kemungkinan masih ada umat Muslim yang belum memahami seluk beluk kalimat dan panji tauhid.
“Pada prinsipnya, kami pun menduga baik bahwa orang yang terlibat dalam kasus penbakaran itu dilakukan oleh orang yang belum begitu memahami makna panji tauhid. Padahal, kalimat tauhid adalah kalimat yang menjadi esensi hidup dan mati seorang umat Muslim,” ujarnya.
Ia menekankan, panji tauhid bukanlah bendera ormas manapun. Panji tauhid merupakan panji bagi seluruh umat Muslim di dunia. Terlebih, lanjutnya, makna kalimat tauhid sejatinya memiliki bobot yang lebih berat dari tujuh lapisan bumi dan tujuh lapisan langit.
Karena itu, aksi kali ini lebih fokus soal pembakaran tersebut. “Kasus ini jelas telah melukai hati seluruh umat Muslim di seluruh dunia,” kata dia.