REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Wakil Bupati Karawang Jimmy Ahmad Zamakhsary mengungkapkan insiden kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP bernomor penerbangan JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Senin (29/10), merupakan sejarah baru di wilayahnya.
"Kejadian ini adalah sejarah baru di Karawang sebab laut kita ini sebenarnya sangat bersahabat," katanya, Rabu sore (31/10).
Hal itu diungkapkan Jimmy usai memimpin shalat Gaib bersama masyarakat di sekitar Pantai Tanjung Pakis, Kecamatan Pakisjaya. Situasi perairan Tanjung Karawang dengan kedalaman laut berkisar 40-60 meter dengan iklim cuaca yang relatif stabil merupakan kawasan yang aman dilintasi pesawat.
Menurut dia, belum pernah terjadi insiden kecelakaan pesawat yang di kawasan itu hingga pada Senin (29/10). Jimmy beranggapan penemuan sejumlah potongan tubuh manusia yang diduga korban kecelakaan pesawat Lion Air karena benturan dan ledakan pesawat.
Ratusan warga dan tim gabungan evakuasi pesawat Lion Air JT 610 melakukan shalat gaib dan doa bersama di perairan Karawang, Pantai Tanjung Pakis, Jawa Barat, Rabu (31/10).
"Binatang laut di perairan ini juga jarang ada yang ganas, seperti hiu atau lainnya. Namun, memang pernah ada ikan paus yang terdampar di sini," katanya.
Jimmy mengatakan perairan Tanjung Karawang relatif dangkal daripada sejumlah perairan lain di Indonesia. Pendangkalan laut tersebut diakibatkan kiriman lumpur dari Sungai Citarum yang membuat kawasan pesisir maupun laut di sekitarnya menjadi dangkal.
"Bisa saja potongan tubuh itu terjadi akibat hantaman pesawat ke permukaan laut. Pasalnya, sebagian saksi mata ada yang mendengar suara ledakan keras," katanya.
Sebelumnya, pesawat Lion Air dengan Nomor Penerbangan JT 610 yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir Pangkal Pinang dilaporkan hilang kontak pada 29 Oktober 2018 sekitar pukul 06.33 WIB. Selanjutnya, Basarnas menginformasikan pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat.