Senin 05 Nov 2018 19:36 WIB

KNKT Akui Pesawat Lion Air JT610 Alami Kendala Teknis

Kerusakan terjadi pada empat penerbangan terakhir.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Muhammad Hafil
Turbin pesawat Lion Air JT610
Foto: dok TNI AL
Turbin pesawat Lion Air JT610

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengakui adanya kendala teknis pada peasawat Lion Air registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 pada 29 Oktober 2018 yang mengalami kecelakaan. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan hal itu menambah data investigasi kecelakaan tersebut.

"Penerbangan (pesawat PK-LQP) dari Cengkareng sampai kecelakaan kami menyampaikan memang ada persoalan teknis," kata Soerjanto di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta, Senin (5/11).

Hanya saja, Soerjanto menuturkan belum bisa menyimpulkan apakah hal tersebut berkaitan dengan kecelakaan yang terjadi masih dalam investigasi. Dia menegaskan KNKT hanya bisa menjelaskan memang terjadi masalah dan sedang mempelajari.

Di tempat terpisah, Soerjanto mengungkapkan setelah mendapatkan data lain terutama dari flight data recorder (FDR) menujukkan semakin kuat dugaan persoalan teknis tersebut. "Pada empat penerbangan terakhir, ditemukan kerusakan pesawat pada penunjuk kecepatan," ujar Soerjanto di kantor KNKT, Senin (5/11) sore.

Dia menjelaskan, data yang ada di dalam FDR hanya merekam perjalanan pesawat selama 69 jam terakhir dan memiliki 1.790 parameter. Di dalam rekaman tersebut, kata dia, terdapat rekaman 19 penerbangan sebelumnya termasuk penerbangan terakhir saat kecelakaan Jakarta-Pangkal Pinang.

Jika melihat data dari flightradar24.com, keempat penerbangan pesawat PK-LQP tersebut yaitu Lombok-Denpasar pada 27 Oktober 2018, Manado-Denpasar dan Denpasar-Jakarta pada 28 oktober 2018, hingga penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang pada 29 Oktober dan mengalami kecelakaan.

Untuk itu, Soerjanto meminta National Transportation Safety Board (NTSB) dan Boeing melakukan tindakan yang diperlukan. "Ini untuk mencegah kecelakaan serupa terulang terutama pada pesawat Boeing 737 Max 8," tutur Soerjanto.

Soerjanto menjelaskan saat ini terdapat sebanyak 200 pesawat tipe tersebut di seluruh dunia. Saat ini, dia memastikan KNKT sedang mengumpulkan data terkait perbaikan yang dilakukan selama terjadi kerusakan tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement