REPUBLIKA.CO.ID, Korea Utara (Korut), tim yang selama ini cenderung tertutup, harus menunggu selama 44 tahun untuk kembali tampil ke pentas dunia. Korut sempat mengejutkan saat pertama kali tampil di Piala Dunia 1966 dengan menempatkan diri ke perempat final.
Tapi, pada Piala Dunia 2010 Afrika Selatan kali ini, perjuangan negara komunis tersebut dipastikan akan lebih berat karena mereka berada di grup berat, Gruo G, dengan lawan tim papan atas dunia, yaitu Brasil, Portugal, dan kuda hitam asal Afrika, Pantai Gading.
Namun demikian, satu-satunya yang menguntungkan bagi Korut, justru keberadaan mereka yang selama ini penuh misteri dan bukan tidak mungkin mereka juga akan mengulangi kejutan seperti 44 tahun lalu.
Ibarat dari negeri 'entah berantah', Korut pun secara tidak diduga menempatkan diri sebagai satu dari empat wakil Asia yang secara otomatis lolos ke Afrika Selatan.
Negara yang selama ini lebih dikenal dengan program nuklir dan masalah hak asasi manusia itu, memang tidak memiliki gaya permainan yang menarik untuk ditonton karena lebih mengutamakan permainan bertahan total.
Tidak mengherankan, jika pada babak kualifikasi zona Asia, tim berseragam putih-putih itu hanya mampu menyarangkan tujuh gol dari delapan kali bertanding.
Pelatih Kim Jong-Hun ingin menyesuaikan permainan dengan karakter pemainnya, yaitu pendekatan pragmatis dan gaya bertahan yang ditunjang oleh kerjasama tim.
"Kami akan berjuang agar lolos ke babak kedua, meski tugas itu sangat berat," kata asisten pelatih, Jo Tong-Sop, beberapa waktu lalu.
"Seperti biasa, kami akan mengandalkan karakter permainan kami, yaitu mengandalkan semangat juang dan kerjasama tim. Pasti akan menampilkan permainan bertahan saat berhadapan dengan Brasil dan Portugal," katanya.
Kekuatan penuh misteri
Karena Korut jarang bertanding di luar negeri akibat sistem pemerintahan mereka yang tertutup, sehingga kekuatan mereka pun masih menjadi misteri, tidak ada satu pun calon lawan yang berani menganggap enteng tim asuhan Kim tersebut.
Sebagian besar anggota timnas Korut hanya bermain di liga domestik sehingga hampir tidak ada yang mengenal mereka di luar negeri.
Jong Tae-Se hanyalah satu dari segelintir pemain yang bergabung dengan klub di luar negeri. Ia menjadi andalan di barisan depan klub Jepang, Kawasaki Frontale.
Penyerang andalan lainnya adalah Hong Yong-Jo yang telah menyumbang empat gol di pertandingan kualifikasi. Mereka akan didukung oleh pemain tengah Mun In-guk dan Ri Myong-Guk.
Ujian pertama bagi Korut adalah saat berhadapan dengan Brasil di Johannesburg pada 15 Juni, sebelum terbang ke Cape Town dan Nespruit untuk menantang Portugal dan Pantai Gading.
Meski baru sekali tampil di Piala Dunia, yaitu pada 1966 di Inggris, mereka langsung membuat kejutan dengan mengalahkan Italia 1-0 untuk lolos ke perempat-final.
Tapi langkah mereka secara dramatis dihentikan oleh Portugal dengan skor 3-5, meski sempat unggul lebih dulu 3-0.
Pelatih Kim jauh-jauh hari sudah menegaskan bahwa target mereka adalah menyamai prestasi pada 1966. "Itu adalah hasil kerja keras dan kami kembali tampil di Piala Dunia, 44 tahun setelah kami mencapai babak delapan besar di Inggris pada 1966. Kami berharap bisa menyamai prestasi pendahulu kami," kata Kim.
Sepak bola adalah olahraga paling populer di Korut, tapi pemerintah negara komunis itu melarang tim nasional melakukan perjalanan keluar negeri setelah gagal bersaing dengan Jepang dan Korea Selatan di babak kualifikasi Piala Dunia 1994.
Mereka kembali berlaga di even internasional di Asian Games Bangkok 1998, tapi tidak mengikuti kualifikasi Piala Dunia 1998 di Prancis dan Korea Selatan-Jepang pada 2002