Jumat 23 Nov 2018 13:02 WIB

Delegasi Negara OKI Kunjungi Bio Farma

Bio Farma Indonesia merupakan industri yang diandalkan oleh kelompok VMG OKI.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Direktur Utama Bio Farma M. Rahman Roestan pada saat konferensi perse menjelang acara 'the 1st Meeting of the Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from the Organization of Islamic Cooperation Member States'.
Foto: bio farma
Direktur Utama Bio Farma M. Rahman Roestan pada saat konferensi perse menjelang acara 'the 1st Meeting of the Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from the Organization of Islamic Cooperation Member States'.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah delegasi negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengunjungi Bio Farma di Bandung, Jumat (23/11). Hadir pula Sekretaris Organisasi Kerja sama Islam OKI, Abdunur Sekindi dan beberapa perwakilan delegasi serta perwakilan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan, pertemuan ini sangat strategis, karena bisa mendatangkan delegasi dari negara-negara OKI terutama dalam bidang vaksin dan obat-obatan. Para delegasi ini, datang dari perwakilan industri nasional serta dari badan POM di negaranya.

"Sehingga ini sangat penting untuk bisa menjamin vaksin dan medicine yang beredar di negara masing-masing itu sudah sesuai kualitas,” ujar Rahman kepada wartawan.

Rahman Roestan mengatakan, pihaknya sangat bersyukur Bio Farma menjadi salah satu produsen vaksin yang sudah diakui Badan Kesehatan Dunia. Petanya, ada seratus industri vaksin seluruh dunia. Namun, yang sudah di akui Badan kesehatan dunia  kurang dari 30.

"Salah satunya itu Indonesia. Dari 57 negara anggota OKI hanya ada dua negara yang sudah diakui Badan Kesehatan Dunia untuk vaksin," katanya.

Untuk yellow fever, kata dia, itu sudah diproduksi oleh Senegal, dan sudah diakui Badan Kesehatan Dunia tapi hanya untuk kebutuhan Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Saat ini, kata dia, vaksin yang diproduksi oleh Indonesia ini melingkupi 12 produk yang digunakan untuk program imunisasi dasar dan imunisasi nasional di masing-masing negara. Jadi sudah didistribusikan di lebih dari 140 negara.

"Delegasi ini ingin memastikan bahwa proses produksinya, kemudian proses fungsi pengawasan negaranya, sudah memenuhi standar WHO," katanya.

Memang, kata dia, negara-negara tersebut  memiliki keinginan untuk kemandirian produksi vaksin. Bio Farma, dengan senang hati berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan, untuk bisa memberikan pemahaman.

"Dan juga memberikan sebagian expertise kepada teman-teman yang berkunjung ke sini,” katanya.

Menurut Rahman Roestan, pada pertemuan sebelumnya di Jakarta  juga dibahas mengenai harmonisasi halal di negara-negara OKI. Kemudian, diskusi berlanjut di Bandung. Yakni, vaksin yang diproduksi oleh Indonesia dari sisi kualitas, dari sisi khasiat, dari sisi keamanan, quality, safety, efficacynya itu sudah memenuhi syarat.

"Jadi kami dukung sekali program ini dan kami juga siap untuk diajak kerja sama oleh negara-negara Islam untuk memunculkan kemandirian di wilayah negara OKI," katanya.

Sementara menurut Sekretariat OKI, Abdunur Sekindi, Bio Farma Indonesia merupakan industri yang paling diandalkan oleh kelompok yang dibentuk OKI yaitu Vaccine Manufacturing Group (VMG). Bio Farma ini sebagai pionir, dan sebelumnya juga sudah membantu perusahaan Arabio, perusahaan vaksin yang berkantor pusat di Saudi Arabia. Bio Farma juga telah membantu beberapa perusahaan seperti Maroko, Tunisia, dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan.

“Khususnya dengan Arabio Saudi Arabia dan beberapa negara seperti Tunisia, Bangladesh, Mesir, Maroko, Turki. Ini ada tujuan utama untuk saling membantu, saling menguatkan sehingga bisa tercapai kemandirian vaksin di negara OKI," kata Abdunur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement