Selasa 27 Nov 2018 13:38 WIB

Surat Kabar Cina Ungkap Jack Ma Anggota Partai Komunis

Cina mendorong perusahaan swasta mengikuti nilai-nilai Partai Komunis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
CEO Alibaba, Jack Ma
Foto: Chinatopix via AP
CEO Alibaba, Jack Ma

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pendiri dan mantan CEO perusahaan e-commerce terbesar di dunia Alibaba, Jack Ma, ternyata anggota Partai Komunis Cina. Hal itu diungkapkan surat kabar yang dikelola pemerintahan Cina untuk membantah asumsi masyarakat orang terkaya di Negeri Tirai Bambu tersebut tidak memiliki hubungan apa-apa dengan politik.

Surat kabar yang bernama the People Daily itu mengungkapkan, Jack Ma adalah salah satu dari 100 orang yang telah mendorong proses 'reformasi dan keterbukaan' Cina. Belum diketahui apa alasan surat kabar itu menyinggung keanggotaan partai pemilik kekayaan 35,8 miliar dolar AS itu sekarang.

Namun, kini Cina sedang mendorong perusahaan-perusahaan swasta untuk mengikuti nilai-nilai Partai Komunis. Hal itu terutama perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor teknologi yang sedang berkembang pesat.

Pada September 2018 Ma mengumumkan ia akan mundur dari dewan komisaris Alibaba tahun depan. Jack Ma adalah pemimpin bisnis yang paling terkenal di Cina. Kini ia menjabat sebagai penasihat pemimpin-pemimpin negara di Asia dan Eropa serta memiliki ambisi yang besar di Amerika Serikat.

Ia telah membangun Alibaba menjadi perusahaan senilai 390 miliar dolar AS. Mereka mendominasi pasar e-commerce dengan cakupan bisnis yang membentang dari logistik sampai media sosial dan melahirkan kerajaan fintech yang sangat populer, yaitu Alipay.

Banyak yang terkejut dengan keterlibatan Jack Ma dalam politik. Mesin pencari Cina, Baidu, selalu memunculkan jawaban tidak ketika ditanya tentang keanggotaan Jack Ma di Partai Komunis Cina. The People Daily tidak mencantumkan sejak kapan Jack Ma menjadi anggota Partai Komunis Cina.

Alibaba menolak untuk berkomentar tentang keanggotaan Jack Ma ini. Tapi, mereka menyatakan hubungan politik Jack Ma tidak berdampak pada opersional perusahaan.

"Afiliasi politik eksekutif tidak berpengaruh dengan proses pembuatan keputusan perusahaan, kami mengikuti semua peraturan dan hukum di negara di mana kami beroperasi untuk memenuhi misi kami memudahkan orang berbisnis di mana pun di era digital," kata jurubicara Alibaba. 

The People Daily juga memasukkan bos Baidu Robin Li dan Kepala Grup Tencent Pony Ma. Tapi tidak menyebutkan mereka anggota Partai Komunis Cina. Baidu, Alibaba, dan Tencent merupakan tiga perusahaan terbesar di Cina yang disebut 'BAT'.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement