REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pihak kepolisian Paris terpaksa menembakkan peluru karet dan gas air mata pada demonstran ketika protes anti-pemerintah pada akhir pekan keempat ini berubah menjadi aksi kekerasan, Sabtu (8/12). Dilansir dari BBC News, bentrokan itu terjadi setelah 8.000 demonstran berkumpul di pusat kota.
Setidaknya 30 orang telah terluka, termasuk tiga petugas polisi. Lebih dari 500 orang telah ditahan. Telah terjadi sejumlah konfrontasi dalam demonstrasi tersebut. Beberapa pengunjuk rasa telah terlihat menghancurkan bagian depan toko, mengecat tembok dengan coretan dan membakar mobil. Pemerintah menuding para pengunjuk rasa asli "rompi kuning" telah ditunggangi pihak lain.
"Mereka membakar mobil dan menghancurkan jendela toko, seperti yang mereka lakukan pekan lalu," demikian laporan BBC News, Sabtu (8/12).
Pada pukul 17.00 waktu setempat, berbagai kelompok pengunjuk rasa berkumpul di Place de la République. Sebagaimana demonstran rompi kuning, pawai perubahan iklim juga diadakan di kota.
Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan jumlah penangkapan akhir pekan ini lebih besar daripada selama seluruh akhir pekan sebelumnya.
"Kami akan memastikan bahwa di sisa hari Sabtu (8/12) berkembang dalam kondisi terbaik," katanya.
Menurutnya, gerakan "rompi kuning" adalah untuk menentang kenaikan pajak bahan bakar, namun telah dibajak oleh pengunjuk rasa "ultra-kekerasan". Polisi anti huru-hara bereaksi dengan cepat, mengamankan perusuh dan mengirim regu pengintai untuk menangkap tersangka.