Selasa 11 Dec 2018 16:15 WIB

Demonstran Ejek Pidato Macron, Sebut 'Omong Kosong'

Pengunjunk rasa akan meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kekacauan ini.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran rompi kuning Prancis.
Foto: AP
Demonstran rompi kuning Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pengunjuk rasa yang menamakan diri mereka 'Rompi Kuning' mengejek pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pidato Presiden dinilai sebagai sandiwara belaka, apalagi menyangkut kenaikan upah minimun kerja di seluruh Prancis.

Kata-kata seperti "Omong kosong", "sandiwara", "gertak sambal" serta "setetes air di lautan" adalah salah satu reaksi langsung yang disambut para demonstran terhadap pidato presiden pada Senin (10/12) malam.

Di bundaran selatan kota Le Boulou, sekitar 150 aktivis Rompi Kuning berkumpul dengan pengeras suara mendengarkan dengan saksama kata-kata presiden sebelum mulai berteriak.

"Dia hanya mencoba melakukan langkah untuk mengambil hati rakyat, tapi hal tersebut tampak seperti provokasi," kata Thierry, seorang pendukung Rompi Kuning, seperti dikutip France24, Selasa (11/12). "Kami akan terus meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kekacauan ini," tambahnya.

Baca juga, Macron Akui Sikapnya Mungkin Telah Menyakiti Rakyat Prancis.

Sementara itu, seorang mekanik mobil, Jean-Marc menambahkan, pengumuman kenaikan upah minimun oleh Macron tersebut dinilai tidak tepat. Namun jika Macron membuat pidato tersebut tiga pekan lalu, mungkin hal itu akan menenangkan gerakan Rompi Kuning.

"Tapi sekarang sudah terlambat," ujar dia. "Kami akan benar-benar berkahir, kami akan kembali ke jalan," tegasnya.

Di wilayah Montabon, dekat Le Mans, para demonstran rompi kuning berkumpul di bawah tenda untuk mendengar pidato presiden mereka. "Sayang sekali, gagal lagi! Sinterklas tidak ada apa-aanya di dalam karung," ejek Hubert.

Di sebelah timur Prancis, di Cafe de la Paix, Commercy, sekitar 15 orang rompi kuning menyaksikan pidato Macron dengan segelas Picon dan sekotak kentang goreng. Mereka menyela pernyataan Macron dengan sindiran ironis.

"Tuan merasa tidak enak???," kata Elisabeth seorang pensiunan berusia 66 tahun. Dia mengejek ketika Presiden mengakui bahwa presiden telah "melukai beberapa orang".

Meski demikian, beberapa demonstran Rompi Kuning menyadari soal isu dalam pidato presiden. "Kenaikan 100 euro, itu benar-benar tidak buruk," kata Erwan, juru bicara di Rennes.

Mengomentari langkah-langkah tambahan yang diumumkan untuk pensiunan yang berpenghasilan kurang dari 2.000 euro, dia mengatakan akan memberi mereka sedikit lebih banyak. "Bonus akhir tahun juga, itu sangat bagus," kata Erwan.

Menaikkan upah

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan dalam pidatonya akan meningkatkan upah minimum dan membatalkan rencana kenaikan pajak jaring pengaman sosial bagi para pensiunan yang berpenghasilan kurang dari 2.000 euro. Langkah ini diambil untuk menenangkan para demonstran 'rompi kuning'.

Dalam pernyataan yang disampaikan pada Senin (10/12) malam seperti dikutip the Guardian, Macron mengakui sikapnya yang mungkin telah menyakiti hati rakyatnya. Macron mengatakan, ia telah mendengar dan memahami kemarahan para demonstran.

Macron juga mengakui belum bisa memberikan solusi cepat sejak pemilihannya. "Saya mungkin telah memberi Anda kesan bahwa ini bukan perhatian saya, bahwa saya memiliki prioritas lain. Saya mengambil bagian dari tanggung jawab saya. Saya tahu saya telah menyakiti sebagian dari Anda dengan kata-kata saya," ujar Presiden Macron.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement