REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Rahma Sulistya
JAKARTA -- Kantor Polisi Sektor Ciracas, Jakarta Timur, sukar lagi di kenali pada Rabu (12/12) kemarin. Penanda gedung itu, sebuah neon box berlogo kepolisian, sudah bolong. Rentetan tripleks disusun untuk menghalangi pihak-pihak yang hendak menengok ke dalam.
Meski demikian, dari celah sempit di antara tripleks dapat terlihat bahwa kantor polisi benar-benar rusak. Hampir seluruh kacanya pecah, dengan atap hangus terbakar. Belasan mobil yang ditutup terpal, tapi tak bisa menutupi kondisinya yang hancur.
Dari sisi samping gedung itu, jelas terlihat kaca pos jaga polisi tak bersisa. Pintu masuk terlepas dari engselnya. Sejumlah kendaraan besar seperti truk dan bus juga tak selamat dari amukan. Beberapa sepeda motor polisi teronggok dengan setang patah.
Kondisi polsek secara dramatis menggambarkan kebrutalan yang terjadi pada Selasa (11/12) malam. Tak banyak saksi mata yang bersedia menuturkan apa yang terjadi di lokasi tersebut. Kebanyakan yang ditemui Republika kemarin memilih diam.
Sementara, beberapa yang buka suara menuturkan, kejadian di Mapolsek Ciracas bermula sekitar pukul 22.00 WIB saat rombongan sepeda motor yang masing-masing dinaiki berboncengan tiba di ruas Jalan Raya Bogor, Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur. Jalan Raya Bogor yang saat itu masih ramai dilalui pengendara mobil dan motor langsung tersendat karena kepungan massa tersebut.
Sebagian warga yang mencoba menepikan kendaraan mereka lalu mencoba mengabadikan momen tersebut, langsung kena teguran massa pengepung. "Jangan ada yang merekam!" ujar salah seorang dari mereka. Satu per satu telepon genggam warga yang mencoba mengabadikan suasana diambil paksa dan dihapus hasil rekamannya. Sebagian lainnya dibanting telepon genggamnya.
Salah seorang penjaga warung di lokasi itu yang meminta tak dituliskan namanya mengatakan, seluruh warung yang ada di sekitar Polsek Ciracas diperintahkan tutup oleh massa tersebut. "Sebelum mereka lakukan penyerangan, seluruh warung di sekitar polsek disuruh tutup. Karena ramai, jadi penjaga warung semua takut akhirnya menutup warung mereka," ujar pemilik warung kelontong tersebut saat ditemui Republika di lokasi, Rabu (12/12).
"Saya kurang tahu itu TNI atau bukan. Soalnya pas disuruh tutup, ya saya langsung tutup dan masuk ke dalam, nggak berani coba lihat keluar. Apalagi, ada ibu saya, ibu saya lagi sakit. Jadi, saya lebih baik jagain di dalam," kata dia lagi.
Kisah mencekam juga datang dari Juliyah (47), pemilik warung nasi yang berada tepat di samping Polsek Ciracas. Menurut dia, malam itu memang benarbenar ramai karena massa memang diperkirakan berjumlah ratusan. "Aduh itu semalam serem deh. Kita semua yang jualan disuruh tutup, mungkin karena takut terkena lemparan," kata Juliyah saat ditemui Republika.
Massa yang datang, kata dia, tidak ada yang memakai seragam tertentu. Mereka hanya mengenakan pakaian biasa dan tidak ada atribut-atribut yang memperlihatkan bahwa mereka anggota kesatuan tertentu.
Petugas kepolisian memperbaiki kantor Polsek bekas perusakan dan pembakaran di Polsek Ciracas, di Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Sementara, warga sekitar polsek lainnya, Sumarta (72), mengatakan, seorang keponakannya menjadi target perampasan telepon genggam. "Kita paling nonton sampai jembatan sini diusirin juga. Diusirin dari jalan, keponakan saya handphone-nya diambil, (ditegur) 'Ilangin nggak nih?' Ditabokin, akhirnya dihapus. Namun, ada yang handphonenya diinjak-injak, hancur," kata Sumarta.
Ia menceritakan, massa datang dari arah Pasar Rebo lalu memarkir motor mereka di tengah jalan, jalan sekitar Polsek Ciracas mereka duduki dan kendaraan tak boleh ada yang melintas. Teriakan "Mana pelakunya? Mana pelakunya?" terdengar oleh seluruh warga yang ada di situ.
Dari kejauhan, ia mendengar suara kericuhan. "Nggak tahu (ada kebakaran), tahunya ada suara kayak tembakan, 'dar dor dar dor!'. Itu kayaknya gudang senjata dibakar. Nembak sih nggak ada, kayaknya peluru kebakar. Warga nggak ada yang berani mendekat. Urusannya dia sama polsek aja, warga nggak ada," kata Sumarta.
Saksi mata lainnya di lokasi melihat massa yang menyerang mapolsek sempat membentuk barikade dengan pola seperti tapal kuda. "Seperti formasi tapal kuda begitu, jadi teratur barisannya. Setelah itu baru masuk ke kantor polsek dan menyerang," kata dia.
Saksi lainnya mengungkapkan, sesaat sebelum kejadian lampu jalan di sekitar kantor polsek sempat mati. "Biasanya lampu jalan itu nyala. Namun, kemarin sebelum ada ribut-ribut itu kebetulan nggak nyala," kata dia.
Saat kejadian berlangsung, ia mengaku hanya melihat kejadian dari celah kecil di balik tembok. Dari pengelihatannya, ia memperhatikan jalan di depan rumahnya penuh dengan orang-orang tidak dikenal. "Macem-macem, ada yang muda, ada juga yang kelihatan tua. Rambutnya ada yang gondrong, tapi diiket gitu ada juga yang pendek biasa. Nggak terlalu jelas soalnya gelap dan saya takut," ujarnya.
Ia mengatakan, keributan yang terjadi dilakukan dalam dua gelombang dalam rentang waktu tidak lebih dari 30 menit. Gelombang kedua, lanjutnya, lebih besar dari gelombang sebelumnya. "Saya nggak lihat gimana mereka ngerusaknya. Dari pendengaran saya, ada bunyi 'gubrak' kayak mobil dihancurin dan 'gumprang' kayak kaca dipecahin berkali-kali di dua waktu yang beda itu," katanya.
Setelah itu, ia melihat dari celah di balik tembok ada api yang berkobar pada tengah malam. Ia mengklaim tidak dapat ke mana-mana karena khawatir menjadi korban. Kondisi mulai kondusif menjelang dini hari. Saat itu, orangorang di sekitar lokasi baru mulai memberanikan diri untuk keluar rumah dan melihat sisa-sisa kejadian. Petugas pemadam kebakaran juga mampu menjinakkan api yang berkobar.
Kondisi kantor Polsek Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (12/12) pagi. Petugas menutup seluruh pagar depan kantor Polsek dengan papan triplek.
Salah satu petugas yang sedang berjaga di lokasi, Aiptu Harsono, mengatakan, Kapolsek Ciracas Kompol Agus Widartono turut menjadi korban dalam aksi penyerangan tersebut. "Pak Kapolsek sempat dipukul di bagian dada dan bahu. Sekarang sudah dirawat di RS Polri," kata Harsono saat ditemui di lokasi.
Harsono menyampaikan, Kapolsek turut menjadi korban kekerasan karena kala itu bertugas di kantornya hingga malam hari. "Kebetulan Pak Kapolsek pas kejadian sedang ada di sini. Dia memang selalu berjaga di sini, selalu stand by," ujarnya.
Sementara, menurut salah satu warga sekitar, Kapolsek mengalami luka parah hingga kesulitan berjalan karena sempat diinjak-injak. "Dia lari ke arah permukiman warga setelah diinjak-injak di bagian rusuk," katanya. ¦ muhammad ikhwanuddin ed: fitriyan zamzami