Senin 17 Dec 2018 09:34 WIB

Arab Saudi Tolak Keputusan Senat AS untuk Kasus Khashoggi

Senat AS meminta pemerintah menghentikan bantuan kepada Saudi dalam perang Yaman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menyatakan menolak posisi dan sikap senator-senator Amerika Serikat (AS). Para anggota Senat AS membuat resolusi yang meminta pemerintah mereka untuk menghentikan bantuan kepada Arab Saudi dalam perang Yaman.

Resolusi ini sebagai bentuk hukuman atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan pembunuhan Khashoggi adalah sebuah kejahatan yang tidak mencerminkan kebijakaan Kerajaan Arab Saudi.

"Kerajaaan Arab Saudi menolak posisi yang akhir-akhir ini diungkapkan Senat Amerika Serikat, yang mana berdasarkan klaim dan tuduhan yang tidak dibuktikan kebenarannya dan sangat jelas mengintervensi urusan internal Kerajaan, melemahkan peran Kerajaan di kawasan dan internasional," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataan tertulisnya, Senin (17/12).

Senat AS mendapatkan pengarahan dari Direktur CIA Gina Haspel tentang pembunuhan Khashoggi. Pada pekan lalu mereka melakukan pemungutan suara untuk meminta Presiden AS Donald Trump dukungan militer AS untuk perang di Yaman. Dengan tegas, Senat AS menyalahkan Kerajaan Arab Saudi atas pembunuhan tersebut.

"Sebelumnya Kerajaan telah menegaskan pembunuhan warga Arab Saudi Jamal Khashoggi adalah kejahatan yang sangat buruk serta tidak mencerminkan kebijakan Kerajaan atau institusi-institusinya dan menegaskan kembali untuk menolak upaya apa pun mengambil kasus ini di luar proses keadilan Kerajaan," tambah pernyataan Kementerian Luar Negeri tersebut.

Dalam pernyataan tersebut Kerajaan Arab Saudi juga mengatakan mereka berharap agar kasus ini tidak ditarik dalam perdebatan domestik di Amerika Serikat. "Untuk menghindari konsekuensi apapun terhadap hubungan antara kedua negara yang dapat berdampak negatif pada hubungan penting yang strategis ini," kata pernyataan tersebut.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement