REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pohon ramin, salah satu tumbuhan asli Kepulauan Bangka Belitung sudah punah. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kepulauan Babel Noviar Ishak mengatakan kepunahan disebabkan karena penebangan hutan secara liar di daerah itu.
"Tanaman ramin sudah punah dan tidak ada lagi ditemukan di Bangka Belitung," katanya, Senin (17/12).
Ia mengatakan ramin yang lebih dikenal masyarakat sebagai pohon putih itu punah karena penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan perkebunan sawit secara besar-besaran, dan penambangan bijih timah di kawasan hutan.
"Pohon ini ditebang secara besar-besaran dan setelah itu tidak ditanam lagi pada akhirnya punah," ujarnya.
Dia menjelaskan tanaman ramin tumbuh di tanah gambut, tanah berpasir, dan tanah liat yang sewaktu-waktu tergenang air. Tinggi pohon khas daerah setempat itu bisa mencapai 40 hingga 50 meter dengan batang lurus.
"Ramin banyak ditebang dan dicari masyarakat, karena kayunya berwarna kekuningan agak putih dengan tekstur halus dan rata sehingga cocok untuk membuat pintu,jendela, langit-langit, serta sekat pengganti dinding antarkamar yang memerlukan konstruksi ringan," katanya.
Ia menambahkan tanaman khas Babel yang saat ini diambang kepunahan, yaitu pinang merah, ketuyut atau kantong semar, dan pulai.
"Pohon pinang merah, ketuyut, dan pulai daerah ini lebih bagus dibanding Jambi, Kalimantan sehingga banyak pengembang perumahan mengambil tanaman tersebut untuk ditanam di Jakarta, pada akhirnya tanaman khas daerah berkurang drastis dan sulit dicari," katanya.