Rabu 19 Dec 2018 14:36 WIB

Amblesnya Jalan Diperkirakan karena Pengelolaan Air Proyek

Di lokasi amblesnya jalan tersebut tengah berlangsung proyek pelebaran RS Siloam

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jatim Gentur Prihantono (tengah) saat menggelar konferensi pers terkait amblesnya Jalan Raya Gubeng
Foto: Dadang Kurnia / Republika
Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jatim Gentur Prihantono (tengah) saat menggelar konferensi pers terkait amblesnya Jalan Raya Gubeng

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jatim Gentur Prihantono memperkirakan, amblesnya Jalan Raya Gubeng karena pengelolaan air pada proyek RS Siloam kurang baik. Diketahui, di lokasi amblesnya jalan tersebut tengah berlangsung proyek pelebaran RS Siloam. Gentur menjelaskan, dalam setiap proyek yang dijalankan, mestinya setiap pengembang berhati-hati terhadap perilaku air.

"Kalau air itu begitu air masuk terus disedot secara mendadak, tanpa mempertimbangkan keseimbangannya, pasti akan terjadi accident, bukan hanya di Siloam," kata Gentur saat menggelar konferensi pers di Hotel Swiss Belinn Manyar, Surabaya, Rabu (19/12).

Gentur menjelaskan, struktur tanah yang berlapis-lapis, di dalamnya pasti terdapat air. Struktur tanah tersebut, kata dia, bisa menjadi padat karena ada faktor basah. Artinya, begitu ada kejenuhan, dan diambil airnya secara mendadak, struktur tanah akan menjadi terurai.

"Contoh sederhananya koalm renang. Itu lebih bahaya saat airnya kosong. Kalau ada air kan ada keseimbangan," ujar Gentur.

photo
Foto aerial kondisi tanah ambles di Jalan Raya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/12/2018).

Gentur memperkirakan, luas proyek pelebaran RS Siloam kurang lebih 20x50 meter, dengan kedalaman mencapai 20 meter. Artinya ada kurang lebih 1.000 meter kubik tanah yang dipindahkan.

"Surabaya ini ketinggian tanah dari permukaan air laut itu cukup rendah. Kalau saya melihat di daerah itu, orang menggali sumur 5 meter saja sudah menemukan air. Terus bayangkan ini sudah 20 meter," kata Gentur.

Gentur menilai, Jalan Raya Gubeng masuk kategori mantap. Artinya tidak akan ada penurunan karena itu sudah menjadi jalan kota madya. Jalan tersebut juga tidak ada lubang, kecuali di pinggir-pinggirnya saja.

Tapi, kata dia, tanah jalan itu bisa bergerak dan tidak stabil apabila ada kegiatan konstruksi yang besar tanpa ada penahan dan pengelolaan air kurang baik. Jalan akan tertarik karena tetap terpakai dan dilewati terus, meskipun yang melewati bukan kendaraan berat.

"Jalan kota madya kalau sudah mantap tinggal ngaspal aja. Artinya kalau gak ada galian jalan itu tetep mantap," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement