Kamis 10 Jan 2019 01:02 WIB

ICW: Teror untuk KPK akan Berulang Jika Pelaku tak Terungkap

Teror dinilai membuktikan KPK bekerja.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nur Aini
Pelemparan Molotov Rumah Laode. Rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif pascapelemparan bom molotov di Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pelemparan Molotov Rumah Laode. Rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif pascapelemparan bom molotov di Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Donal Fariz memandang teror yang ditujukan pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih bakal terjadi. Sebab, kasus serupa pada lembaga anti rasuah tersebut tak pernah menemui titik terang.

Ia mendata sejumlah teror pernah mengarah ke KPK. Pada 2008 gedung KPK sempat memperoleh ancaman bom. Teror serupa pernah mengancam KPK di tahun selanjutnya. Terakhir, Penyidik KPK Novel Baswedan mengalami teror penyiraman air keras di depan rumahnya sendiri pada April 2017.

"Saya ingat teror 2008 peletakan bom di gedung itu, teror penyidik KPK disiram air keras itu tidak terungkap. Ini akan terus menjadi teror kalau pelaku teror itu tidak pernah terungkap secara hukum," katanya di kantor ICW pada Rabu (9/1).

Ia menganggap teror pada pimpinan KPK jadi bukti bahwa KPK tengah bekerja serius. Ia berharap teror tak menghentikan langkah KPK memberantas korupsi.

"Teror ini bukti KPK bekerja, kalau nggak bekerja nggak akan ada teror untuk apa orang meneror, teror kan dalam kondisi ada yang terancam terganggu terusik," ucapnya.

Ia menekankan kepolisian dan internal KPK wajib menempuh segala cara guna mengungkap pelaku utama teror tersebut. Ia merasa KPK perlu melakukan kajian internal. Tujuannya, menyelidiki potensi penyebab teror penyerangan di rumah dua pimpinannya.

"Dari segi eksternal polisi bekerja tapi internal penting lakukan assesment di mana pemicu teror apakah terkait perkara tertentu atau tidak," ujarnya.

Ia mengakui teror pada pimpinan KPK memunculkan beragam spekulasi. Menurutnya, teror berpeluang berkaitan dengan kasus-kasus yang tengah berjalan atau yang masih dalam tahapan penyelidikan.

"Untuk menghindari banyak spekulasi dan giringan politik butuh kerja cepat dari penegak hukum untuk bongkar kasus ini khususnya kepolisian. Sehingga menghindari spekulasi politik keamanan dalam negeri sampai penegakan hukum di kasus ini," tuturnya.

Sebelumnya, rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov, hari ini. Benda mencurigakan menyerupai bom paralon juga ditemukan di rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo, Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement