REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Komunikasi Politik dari UIN Jakarta Gun Gun Heryanto menyebut debat capres menjadi ajang pertarungan manajamen kesan bagi calon presiden maupun wakil presiden kepada publik. Sebab, apa yang disampaikan oleh pasangan capres maupun cawapres dalam debat akan berhubungan dengan persepsi publik.
"Contoh misalnya tema ini, political will paslon terkait hukum, HAM, terorisme ini akan penting bagi para pasangan calon, oleh karena itu secara instrumental dia harus punya penampilan bagus terutama dalam retorik," ujar Gun gun kepada wartawan di Menteng, Jakarta, Sabtu (12/1).
Menurutnya, untuk mendapat kesan publik menilai setidaknya tiga hal yang perlu dilakukan capres maupun cawapres dalam debat. Pertama, kata Gun gun, terkait kredibilitas dan kepercayaan yang ditunjukan kedua pasangan calon dalam debat. Menurutnya, pasangan calon harus dapat meyakinkan publik atas apa yang disampaikan dalam debat.
"Kalau dia tidak meyakinkan atau kredibilitas tidak menumbuhkan kepercayaan di khalayak, tentu merugikan paslon," ujar Gun gun.
Dosen Komunikasi Politik itu melanjutkan, dua lainnya yang terpenting adalah menyangkut aspek emosi dan aspek argumentasi. Menurutnya, pasangan calon akan mencoba memainkan emosi dalam panggung debat capres. Hanya, kata Gun gun, yang jadi pertanyaan selanjutnya apakah aspek emosi tersebut bisa disentuh atau tidak oleh pasangan calon.
Sementara, Gun gun menilai aspek argumentasi yang disampaikan para paslon ini juga tidak kalah penting. Sebab, argumentasi memiliki pengaruh langsung saat debat dan lanjutan pasca debat kepada publik.
"Saat debat berlangsung ada debat di ruang maya, nah ini akan berlanjut nggak hanya di malam debat, tapi hari hari selanjutnya, itulah yg menurut saya kepentingan bagi kandidat terutama di manajemen kesan," kata Gun Gun.