REPUBLIKA.CO.ID, GUJARAT --- Meningkatnya kematian satwa liar akibat tertabrak kereta api di India membuat marah para aktivis hewan. Para aktivis khawatir kematian satwa akibat tertabrak kereta api dapat terulang kembali lantaran hingga kini belum ada penanganan serius dari pemerintah setempat.
Pemerintah pun dinilai tutup mata dengan kematian satwa liar akibat tertabrak kereta api yang telah terjadi berkali-kali. Dilansir dari Al Arabiya pada Jumat (11/1), pada pengujung tahun lalu, sebanyak tiga ekor singa mati tertabrak kereta barang yang melintas di hutan Gir, Borala di Gujarat.
Pemerintah setempat memang telah membuat pagar pembatas di kedua sisi rel kereta di wilayah Rajula-Savarkunela atau wilayah di bagian barat Gujarat pasca-enam singa mati tertabrak kereta api pada 2014-2015. Kendati demikian, hingga kini jalur rel di Borala, terutama di hutan Gir, belum dipasangi pagar pembatas. Otoritas setempat beralasan biaya pemasangan pagar pembatas terlalu mahal.
Begitu pun bulan lalu, dua ekor anak harimau di Chichpalli Maharashtra mati tertabrak kereta api. Hal itu memicu protes masyarakat di media sosial lantaran tak adanya penanganan dari pejabat kereta api maupun kehutanan setempat. Kematian satwa liar akibat tertabrak kereta api di negara bagian India itu pun mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Sampai pada kematian gajah di jalur kereta, India memegang rekor dunia. Statistik pemerintah menunjukan bahwa 150 gajah mati ditabrak kereta antara 1987 hingga 2010. Namun hanya delapan tahun dari 2010 sampai 2017 jumlahnya naik 120 ekor,” tulis Al Arabiya.
Pada 2018, sebanyak 20 ekor gajah mati tertabrak kereta. Warga setempat pun ketakutan melihat tayangan televisi yang menampilkan kematian gajah akibat tertabrak kereta api.
Kendati menuai kemarahan masyarakat, pejabat setempat tak juga mengambil tindakan. Ironisnya lagi, gajah merupakan maskot dari perkeretaapian India.
Aktivis dan pelestarian alam liar, Parbati Barua menilai penyelamatan satwa liar tersebut menjadi penting agar populasinya tak menurun dan bahkan punah. “Kehidupan manusia itu berharga, dan lebih penting untuk menyelamatkan hewan-hewan agung seperti gajah, harimau, dan singa. Karena mereka bisa punah saat populasi manusia terus tumbuh,” katanya.
Sebagai upaya agar satwa liar menjauhi jalur kereta, para ilmuan pun mencoba melakukan eksperimen dengan membuat perangkat elektronik yang bisa mengeluarkan suara lebah yang sedang marah. Sebab, gajah dikenal takut dengan bunyi lebah. Dengan dibunyikannya perangkat tersebut diharapkan dapat membuat gajah menjauh dari jalur kereta.
Selain itu, seorang profesor dari Institut Teknologi New Delhi juga tengah mengembangkan perangkat sensor bagi masinis untuk mendeteksi keberadaan gajah di jalur rel kereta.