REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapapun kita, pasti mengenal atau setidaknya pernah memakai sandal jepit. Alas kaki yang sederhana itu pun yang diandalkan untuk melindungi kaki dari panas aspal, pecahan beling hingga kotoran dijalanan.
Namun, siapa yang tahu mengenai sejarah atau awal mula sendal jepit?. Dilansir dari AOL, ternyata sandal jepit memiliki sejarah yang panjang dan sudah 4000 tahun sebelum masehi sejak zaman Mesir kuno. Diketahui sendal jepit tertua sejauh ini terbuat dari papirus, dan dipajang di British Museum dari 1500 SM.
Daun palem dan papirus merupakan bahan yang paling umum digunakan di Mesir Kuno, sedangkan kulit mentah adalah bahan pilihan di antara orang-orang Masai di Afrika. Di India, sandal ini sebagian besar dibuat dari kayu, dan banyak menggunakan jerami padi di Cina dan Jepang.
Tentu saja, di zaman modern, sebagian besar budaya telah pindah ke kulit, karet dan tekstil yang lebih kuat. Apa yang kita ketahui sebagai sandal jepit modern semakin populer di Amerika Serikat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Mereka berasal dari zori Jepang, yang dibawa tentara ke Amerika bersama mereka.
Orang Amerika mulai merancang sandal jepit dengan warna dan pola baru yang cerah pasca perang, memakainya untuk kemudahan dan kenyamanan mereka. Pada 1960-an, mereka menjadi dikenal sebagai bagian dari gaya hidup pantai kasual California.
Havaianas, merek terkenal dan klasik, diciptakan pada tahun 1962 di Brasil oleh merek alas kaki terbesar di negara itu, Alpargatas. Pada 2010, lebih dari 150 juta pasang sandal diproduksi per tahun.
Rainbow Sandals favorit bagi banyak orang diciptakan di garasi di Laguna Beach, CA selama awal 1970-an, dan telah menjadi terkenal sebagai pasangan yang bisa diandalkan yang tidak mudah rusak. Mereka sekarang ditawarkan dalam berbagai gaya, dan perusahaan memproduksi lebih dari 2 juta pasangan sendal setiap tahun.
Sandal jepit adalah pilihan yang tepat dan populer di kalangan orang-orang dari berbagai usia, biasanya dipakai dalam pengaturan kasual. Generasi muda cenderung tidak masalah untuk memakainya pada acara formal, sementara generasi yang lebih tua dilaporkan merasa ini adalah tanda kemalasan dan memilih kenyamanan daripada gaya.