Selasa 29 Jan 2019 11:33 WIB

Membeludaknya Pasien DBD

Lorong-lorong rumah sakit pun jadi tempat penampungan pasien.

Petugas memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Simpang Lima Gumul, Kediri, Jawa Timur, Senin (28/1/2019).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Simpang Lima Gumul, Kediri, Jawa Timur, Senin (28/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Adji P, Muhammad Fauzi Ridwan

TANGERANG SELATAN -- Pasien-pasien yang mengidap penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus membuat penuh rumah sakit-rumah sakit. Di salah satu rumah sakit di Tangerang Selatan, sejumlah pasien DBD terpaksa dirawat inap di lorong rumah sakit.

Sebanyak lima tempat tidur tampak berjajar di lorong lantai tiga ruang rawat inap Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (28/1). Empat di antara lima kasur itu terisi pasien, sementara satunya kosong baru saja ditinggalkan pasiennya.

Yuniati (34 tahun) mengisi salah satu kasur yang berada di lorong itu. Sejak sepekan terakhir, putranya yang berusia tiga tahun terjangkit virus DBD. "Dari hasil lab, panas naik-turun dari tanggal 22 (Januari)," kata dia saat ditemui, Senin (28/1).

Ia mengatakan, setelah tiga hari sejak gejala bermula, demam anaknya tak juga turun. Ketika berobat lagi, trombosit anaknya sangat rendah, di bawah angka 50. "Mangkanya dokter kasih rujukan suruh rawat inap," ujar dia.

Sang anak semula dirujuk ke RS Hermina, Serpong. Namun, setelah menunggu seharian, ia dikabari bahwa rumah sakit telah penuh. Kali kedua adalah RS Permata Pamulang, tetapi kamar juga penuh. Begitu juga dengan RS Buah Hati.

"Terus kita direferensikan ke Sari Asih Ciputat, cuma agak jauh. Akhirnya, saya ke sini, langsung ke IGD. Itu juga penuh. Saya minta langsung tindakan medis, di IGD dua hari dan di sini (lorong) baru sekarang," kata dia.

Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Tangsel Imbar Umar Gozali mengatakan, selama memasuki periode Januari 2019 jumlah pasien di tempatnya meningkat. Peningkatan itu umumnya berasal dari kasus DBD. "Lantai tiga overload. Jumlah tempat tidur tidak sebanding pasien yang masuk," ujar dia saat ditemui di RSU Tangsel, Senin (28/1).

Sebab itu, pasien yang tak tertampung di kamar harus dirawat di lorong lantai tiga RSU Tangsel. "Itu di luar jadinya. Kalau itu tak beretika sebenarnya," kata dia.

Menurut dia, saat ini jumlah pasien DBD di RSU Tangsel hanya tersisa 16 orang. Sebanyak 10 orang di antara pasien rawat inap itu merupakan warga Tangsel, sementara sisanya adalah warga sekitar Tangsel.

Imbar mengatakan, hingga pekan ketiga Januari 2019, jumlah pasien DBD yang telah dirawat di RSU Tangsel mencapai 157 orang. Namun, tak ada pasien DBD yang meninggal di RSU Tangsel. Berdasarkan hasil pemeriksaan, seorang pasien meninggal akibat pneumonia atau radang paru.

"Dia masuk rumah sakit karena demam tinggi, trombosit turun. Orang tua kemari karena diduga DBD. Tapi, itu pneumonia," ujar dia.

Menurut dia, jumlah pasien yang membeludak bukan hanya datang dari kasus DBD, melainkan juga penyakit lainnya. "Perubahan cuaca begitu. Banyak nyamuk jadinya," kata dia.

Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany menyatakan, akan mempertimbangkan status kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya. Ia mengatakan, penetapan status KLB harus didasarkan data dan regulasi yang ada.

Pasien DBD di RSUD Cibabat, Kota Cimahi, hingga Senin (28/1) juga jumlahnya mencapai 82 orang pasien. Jumlah itu didominasi pasien yang berasal dari Kota Cimahi mencapai 46 jiwa dan Kabupaten Bandung sebanyak 26 orang, serta sisanya dari Bandung Barat dan sekitarnya.

"Posisi sekarang sedikit bertambah, didominasi oleh usia anak-anak," ujar Direktur RSUD Cibabat, Kota Cimahi, Trias Nugrahadi, kemarin.

Asal pasien tersebut, kata Trias, berbeda dibanding biasanya. "Ini mengandung makna, (DBD) menyeluruh di mana-mana. Di Cimahi perlu perhatian khusus, rantai (DBD) perlu diputus di bawah," kata dia.

Menurut dia, perlu ada koordinasi antarlintas sektoral, masyarakat, dan dinas kesehatan bahu membahu jangan sampai terjadi peningkatan Pasien DBD yang masuk ke rumah sakit awal Januari berasal dari usia dewasa dan anak-anak. Namun, kian ke sini, pasien anak-anak mendominasi. Ia mengungkapkan, DBD terjadi disebabkan musim penghujan dan faktor higienitas dan sanitasi lingkungan.

Trias menambahkan, akibat membeludaknya pasien, ruangan pendukung DBD ditambah sebanyak 40 tempat tidur di ruang tambahan dengan AC. Meski kondisi tempat tidur tidak seperti biasanya, ia menjanjikan para pasien mendapatkan pelayanan yang cukup.

Kementerian Kesehatan sebelumnya melansir, hingga 25 Januari lalu sebanyak 11.224 orang tertular DBD di seantero Tanah Air. Dari jumlah itu, sebanyak 110 meninggal dunia. Jumlah korban meninggal bisa lebih banyak karena data itu belum menyertakan jumlah kematian yang dilaporkan terjadi di berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Bogor, Cimahi, Purwakarta, Sukabumi, dan Kabupaten Bandung.

(ed: fitriyan zamzami)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement