Senin 04 Feb 2019 11:45 WIB

Kemenkeu Targetkan Tambahan 100 Ribu Investor Domestik

Tambahan investor diharap capai target investasi hingga Rp 80 T.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Peluncuran Sukuk ST-003. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman  meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Peluncuran Sukuk ST-003. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan menargetkan penambahan investor baru hingga 100 ribu akun pada 2019. Jumlah investor baru dapat dilacak melalui Single Investor Identification (SID) yang tercatat pada sistem e-SBN.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Lucky Alfirman menyampaikan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) kini akan terus dilakukan secara daring. Sehingga jumlah investor akan lebih rapi tercatat.

Baca Juga

Sistem penyaluran mitra distribusi terarah pada e-SBN sehingga data yang diperoleh adalah real time. Sebelumnya, pembelian SBN dilakukan secara luring di cabang-cabang mitra distribusi sehingga perlu waktu untuk mengakumulasikan data.

"Kini seiring dengan integrasi sistem, data investor akan lebih tertata," kata Lucky beberapa waktu lalu.

Satu orang penduduk hanya dapat memiliki satu SID yang berlaku selamanya dan dapat digunakan setiap membeli produk SBN. Lucky mengatakan tahun ini, Kemenkeu menargetkan total 100 ribu SID baru.

Saat penerbitan SBR-005, Kemenkeu mencatat jumlah investor sebanyak 17 ribu akun. Sementara saat ST-002, ada sekitar 11 ribu akun SID yang melakukan pemesanan. Pada ST-003, Kemenkeu mengharapkan jumlah yang sama.

"Tahun ini kita akan mengeluarkan 10 SBN, diharapkan bisa menambah basis investor hingga 100 ribu, dengan capaian Rp 50 triliun hingga Rp 80 triliun," kata Lucky.

Menurutnya, pembelian secara daring adalah komitmen Kemenkeu untuk meningkatkan jumlah investor domestik. Karena SBN membuat pemerintah lebih independen dan fleksibel dalam perolehan dana. Dalam lima tahun kedepan, Kemenkeu menargetkan porsi pinjaman di APBN hanya 18 persen dari sekarang sekitar 30 persen.

Dalam SBN, Lucky menilai sukuk paling berpotensi karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Selain itu, ia melihat semakin banyak investor dengan preferensi syariah. Apalagi dengan tingkat imbal hasil yang kompetitif.

Peningkatan produk sukuk juga bisa meningkatkan kapasitas perekonomian syariah, karena perbankan syariah banyak dilibatkan. Ia berharap akan lebih banyak sukuk korporasi yang diterbitkan pada 2019.

Sebelum pemesanan secara daring, Lucky mengatakan jumlah investor total sukuk sebesar 250 ribu. Namun jumlah ini ada duplikasi. Dengan pembelian melalui e-SBN, maka jumlah investor tercatat lebih tertib.

Pemesanan e-SBN telah dilakukan sejak SBR-003 pada Mei 2018 lalu dengan diawali pilot project terintegrasi dengan enam perbankan. Kini mitra distribusi meluas menjadi 13 lembaga keuangan, termasuk dua mitra distribusi baru dari bank syariah yakni Mandiri Syariah dan BRI Syariah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement