REPUBLIKA.CO.ID, Bersih, sehat, dan asri jika disingkat menjadi berseri telah tersemat di salah satu kampung yang ada di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kampung Berseri ini tepat berada di RW 01, permukiman yang dekat dengan aliran sungai Kali Sunter.
Di RW 01 terdapat 24 RT, semua pagar rumah yang ada di sana terdapat tanaman hijau. Bahkan ada pula tanaman obat keluarga (toga) yang bisa dimanfaatkan langsung oleh pemiliknya seperti jahe.
Di setiap gang berdiri gapura dari tanaman yang merambat dilengkapi identitas RT masing-masing. Rumah-rumah warga tampak rapi berderet. Terdengar pula suara burung yang mencicit milik warga menambah keasrian hijaunya tanaman di sepanjang gang.
Pot-pot yang ditanami berbagai jenis tumbuhan itu pun menggunakan barang bekas pakai. Diantaranya ember dan kaleng kemasan cat, botol plastik, hingga panci bekas yang bolong tak terpakai lagi.
"Kampung kami itu menjaga kebersihan di lingkungan untuk penghijauan di lingkungan di seluruh RW, ada 24 RT," ujar Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RW 01, Sri Rahayu yang juga istri Ketua RW 01 Sukartono saat ditemui Republika.co.id, Jumat (15/2).
Spanduk kawasan tanpa rokok terpampang di gang menuju RT 13 RW 01 Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (15/2).
Ia mengatakan, penghijauan di kampungnya sudah digagas sejak 2011 lalu. Ketika dirinya masih dalam kepengurusan RT. Ia mengimbau kepada seluruh rumah tangga memiliki minimal lima pot tanaman.
Kini, perempuan yang akrab disapa Ayu itu mengatakan, warganya sudah terbiasa dengan menanam tumbuh-tumbuhan. Apabila halamannya sudah penuh dengan tanaman, warganya menempatkan tanaman di tembok-tembok rumah.
Selain itu, setiap rumah terdapat tong sampah dari drum-drum. Selain itu, mereka sudah dibiasakan untuk memilah sampah rumah tangga organik maupun anorganik. Sampah-sampah rutin diangkut sementara sampah anorganik dibawa ke Bank Sampah.
Menurut Ayu, jumlah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dari kampungnya mulai berkurang. Dulu gerobak sampah rutin mengangkut tumpukan sampah setiap dua hari sekali. Kini, sampah-sampah itu baru diangkut paling lambat sepekan sekali karena berkurangnya sampah.
"Pemulung juga berkurang yang ngambilin barang bekas di sini, kalau ada karung-karung mereka juga kelihatannya masih kosong saja," kata Ayu.
Berkat penghijauan dan kebersihan kawasan RW 01, kampung itu menyabet berbagai prestasi di tingkat DKI Jakarta maupun nasional. RW 01 juga mulai menjadi program kampung iklim (proklim) pada 2014. Dua tahun kemudian, kampung itu mendapat peringkat tiga Proklim se-Indonesia.
"Mengikuti lomba 'Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku, nah kami jadi juara dua se-DKI Jakarta," ungkap dia sambil menunjukkan foto saat dirinya menerima penghargaan tersebut.
Tak hanya itu, RW 01 kini mulai menggagas kampungnya sebagai kawasan tanpa rokok yang dimulai di RT 13. Spanduk-spanduk larangan itu dibentangkan di gang-gang pintu masuk ke RT tersebut.
"RT 013 RW 001 Kelurahan Sunter Jaya Kawasan Tanpa Rokok. Terima kasih untuk tidak merokok di lingkungan RT 013 RW 001," bunyi tulisan di spanduk disertai simbol dilarang merokok.
Spanduk kawasan tanpa rokok terpampang di gang menuju RT 13 RW 01 Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (15/2).
Menurut Ayu, pada 2014, RT 13 sudah sempat dijadikan kawasan bebas rokok sebagai bagian dari Proklim. Kini, ia bersama warga ingin kembali menggagas kawasan tanpa rokok sejak Desember 2018 lalu.
Namun, Ayu pun tak menampik apabila warganya masih ada yang merokok di lingkungan RT 13. Sebab, ia tak bisa melarang seseorang berhenti merokok, ia hanya mengimbau agar tak merokok di lingkungan tersebut.
Sehingga terkadang, asap rokok masih mengepul di kawasan RT 13. Akan tetapi, ia tak segan memperingatkan dengan baik-baik agar tamu yang datang menahan diri untuk merokok di wilayah itu.
Menurut salah satu warga RT 13 RW 01, Dewi Hatta (58), masih menjumpai orang yang merokok di lingkungannya. Akan tetapi, imbauan kawasan tanpa rokok memberikan kesadaran bagi warga untuk tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat.
"Kalau suami sama anak saya enggak ada yang merokok. Masih ada warga yang merokok tapi seenggaknya mereka enggak merokok sambil jalan-jalan yang asapnya mengganggu orang lain," kata Dewi.
Sayangnya, ketika Republika.co.id berkunjung ke RW 01 Sunter Jaya, ada tiga orang pedagang yang beristirahat sedang merokok di lingkungan RT 13. Padahal selebaran dilarang merokok yang menempel di dinding berada tepat di hadapan mereka.