REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Timur untuk pemenangan Jokowi-KH Maruf Amin, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin meyakini, debat kedua Pilpres 2019 semakin meningkatkan elektabilitas Paslon nomor urut 01. Keyakinan tersebut tiada lain karena menurutnya, lewat debat tersebut, publik bisa menilai siapa yang sudah banyak berbuat bagi pembangunan bangsa.
“Swing voters akan lebih banyak yang merapat ke Jokowi setelah melihat debat ini. Karena Pak Jokowi sudah bekerja nyata, sedangkan Pak Prabowo baru sekadar bicara,” ujar Machfud melalui pesan singkatnya, Senin (18/2).
Mantan Kapolda Jatim tersebut juga meyakini, suara swing voters, khususnya dari kelompok milenial akan lebih banyak mengarah ke pasangan Jokowi-Maruf pascadebat. Hal itu terkait visi Jokowi dalam mengembangkan bisnis rintisan (startup) di Tanah Air.
“Pak Prabowo ketika ditanya soal unicorn saja masih ragu tentang definisinya lalu kembali bertanya ke Pak Jokowi. Padahal unicorn itu mimpi semua anak muda, bagaimana memiliki startup dengan valuasi di atas 1 miliar dolar AS. Pak Jokowi dengan gamblang menjelaskan roadmap penguatan 1.000 startup,” kata Machfud.
Menurut Machfud, alasan lain yang bisa mendorong elektabilitas Jokowi-Maruf adalah karena pada debat tersebut, Capres nomor urut 01, kerap bisa mematahkan kritik yang dilemparkan Prabowo. Salah satunya terkait pembangunan infrastruktur hingga pelosok desa.
“Pak Prabowo mengkritik, infrastruktur seharusnya untuk rakyat. Lalu dijawab ada 191.000 kilometer pembangunan jalan di desa-desa. Juga ada 58.000 unit irigasi untuk meningkatkan kinerja pertanian. Jadi langsung terjawab, karena memang Pak Jokowi sudah bekerja nyata,” kata Machfud.
Machfud menambahkan, pembangunan di era Jokowi bukan hanya bermuara pada pembangunan fisik semata. Tapi yang jauh lebih penting adalah mewujudkan keadilan sosial. Salah satunya adalah lewat kebijakan BBM satu harga, terutama di wilayah Indonesia Timur.
“Karena Indonesia ini bukan cuma Jawa. Coba lihat, sudah ada 125 titik BBM satu harga terutama di Indonesia Timur. Dulu beli BBM di pelosok itu mahal sekali, sekarang harganya mirip dengan di Jawa. Itu memastikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Machfud.