REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un rencananya akan bertolak ke Hanoi, Vietnam dengan menggunakan moda transportasi kereta api. Kunjungan Kim ke Hanoi yakni untuk melakukan pertemuan tingkat tinggi kedua dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada 27-28 Februari 2019.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Reuters, Rabu (20/2), perjalanan Kim dengan kereta api akan menempuh waktu sekitar dua setengah hari. Oleh karena itu, Kim dijadwalkan berangkat dari Pyongyang ke Vietnam pada 25 Februari 2019. Kereta api yang ditumpangi Kim akan berhenti di stasiun perbatasan Vietnam, Dong Dang. Dari stasiun tersebut, Kim akan berkendara dengan mobil menuju Hanoi yang menempuh jarak sekitar 170 kilometer.
Pertemuan antara Kim dan Trump akan dilakukan di Wisma Pemerintah, yakni sebuah bangunan pemerintah era kolonial di pusat kota Hanoi. Sementara itu, Metropole Hotel dan Hotel Melia yang berada di pusat kota akan menjadi tempat menginap Kim. Pada akhir pekan lalu, asisten Kim, Kim Chang Son mengunjungi Wisma Pemerintah, Metropole Hotel, dan Hotel Melia.
Mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, Thae Yong Ho mengatakan perjalanan dengan kereta api telah menjadi moda transportasi favorit bagi Kim Jong-un. Hal ini serupa dengan ayahnya, Kim Jong-il dan kakeknya, Kim Il-sung.
"(Ayahnya) Kim Jong-il sangat tertutup, dia tidak suka bertemu dengan delegasi asing dan tidak benar-benar menikmati pergi ke negara asing. Tapi, Kim Jong-un agak mirip dengan Kim Il-sung, dia sangat menyukai aktivitas di luar negeri," ujar Thae.
Berdasarkan laporan surat kabar Korea Selatan, Kyunghyang Shinmun, Kim Il-sung mengunjungi Vietnam sebanyak dua kali yakni pada 1958 dan 1964. Pada 1985, Kim Il-sung pergi ke Pyongyang ke Beijing dengan pesawat. Kemudian melanjutkan perjalanan dari Beijing ke Guangzhou dengan kereta api.
Kemudian, pada 1964, Kim Il-sung kembali mengunjungi Vietnam dengan menggunakan pesawat Vickers Viscount. Pesawat tersebut disediakan oleh Cina, dan merupakan pesawat pribadi Komandan kedua Mao Zaedong, Lin Biao.
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc menyatakan, keamanan selama pertemuan tingkat tinggi antara Kim dan Trump telah menjadi prioritas utama. Pemerintah Vietnam akan mengerahkan keamanan ekstra demi kelancaran pertemuan tingkat tinggi tersebut.