REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajang Islamic Book Fair (IBF) akan kembali digelar pada 27 Februari sampai 3 Maret mendatang. Panitia IBF berharap pendapatan yang diperoleh bisa mencapai lebih dari Rp 220 miliar.
Wakil Ketua Panitia IBF 2019 Syahruddin El Fikri menjelaskan, angka itu sudah dihitung berdasarkan jumlah stan serta buku yang berpartisipasi dalam pameran pameran kali ini. "Total stan yang berpartisipasi kurang lebih 347 dari berbagai penerbit, kalau jumlah judul bukunya ada sebanyak 40 ribu," katanya kepada Republika.co.id, pekan ini.
Menurut dia, volume buku yang akan dijual nantinya dipastikan lebih dari tiga juta eksemplar. Maka diharapkan target tersebut bisa tercapai.
"Sebelumnya pendapatan pada tahun lalu hampir menembus Rp 200 miliar," ujar Syahruddin. Ia menambahkan, target jumlah pengunjung pada IBF tahun ini sebanyak 200 ribu, tidak jauh berbeda dengan realiasasi pada 2018.
Bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, pameran buku Islam yang akan diadakan ke-18 kali ini mengangkat konsep Wisata Literasi. Pasalnya, banyak pengunjung yang tidak hanya datang untuk mencari buku, tapi juga sekalian berwisata.
“Jadi selama ini, acara IBF sudah berlangsung sekian tahun dan selalu dikunjungi banyak pengunjung dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, Sukabumi, serta dari luar Pulau Jawa. Mereka datang karena menjadikan IBF sebagai destinasi wisata,” ujarnya.
Menurutnya, pada pengunjung tersebut sudah mengetahui kalau ajang Islami ini tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk mencari buku, melainkan sebagai wadah mencari hiburan sekaligus ilmu. Hal itu karena ada pula kegiatan bedah buku, seminar, talkshow, serta lainnya di sana.
Tersedia pula Kids Zone yang bisa dimanfaatkan orang tua bersama buah hatinya. “Jadi karena acara IBF tentang buku dan dunia literasi tentang perbukuan, kita siapkan agar minat baca orang tumbuh melalui berbagai kegiatan di dalamnya,” kata Syahruddin.
Ia menyebutkan, ada beragam keistimewaan dalam IBF tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu di antaranya, pengembangan kegiatan Islamic Book Award. Jika sebelumnya hanya ada delapan kategori, kini ditambah menjadi 10 kategori.
“Untuk pertama kalinya, kita memasukkan kategori Lifetime Achievement Award. Jadi ini akan diberikan kepada tokoh yang karyanya sudah sangat melegenda. Ada banyak buku bertema ke-Islaman yang sangat fenomenal, menginspirasi, dan terus diterbitkan. Misalnya buku Iqro karya As’ad Humam,” tutur Syahruddin.
Jelang Gelaran IIBF 2019. Wakil Ketua Panitia IBF 2019, Syahruddin El Fikri (kedua kanan) menyampaikan paparan saat technical meeting International Islamic Book Fair (IIBF) 2019 di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Baginya buku tersebut memiliki dampak sangat luar biasa, sebab berkat Iqro, banyak orang bisa membaca Al Quran. Seperti diketahui, para guru di hampir semua Taman Pendidikan Alquran (TPA) serta Taman kanak-anak (TK) menggunakan Iqro untuk mulai mengajarkan Al Quran ke para muridnya.
Contoh buku Islam melegenda lainnya di Indonesia yakni buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap yang ditulis oleh M Rifa’i. “Buku itu sudah lebih dari 40 tahun tapi sampai hari ini masih banyak orang cari buku itu padahal secara desain dan tampil cover-nya sangat jadul dan sederhana. Banyak buku sejenis yang ternyata hasilnya tidak mampu mengalahkan buku itu,” ujarnya.
Selain itu, ada juga buku Tasawuf Modern yang ditulis Buya Hamka ketika masih berusia 30 tahunan. Buku tersebut pun masih dicari orang.
Meski begitu, panitia memutuskan, penghargaan Lifetime Achievement hanya akan diberikan kepada satu tokoh yang akan diumumkan pada acara pembukaan IBF. Pada kesempatan serupa akan diumumkan pula peraih penghargaan kategori Buku Terbaik Fiksi Dewasa, Buku Terbaik Nonfiksi Dewasa, Buku Terbaik Fiksi Anak, Buku Terbaik Nonfiksi anak, Buku Terjemahan Terbaik, Sampul Terbaik, Ilustrasi Terbaik, serta Tata Letak Terbaik, lalu Tokoh Perbukuan Islam 2019.