REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan pidato politik pada Ahad (25/2) malam, dengan janji program tiga kartu yakni Kartu Sembako, KIP Kuliah dan Kartu Pra-Kerja. Terlepas dari program yang disampaikan, cara Jokowi dalam menyampaikan pidato tersebut menjadi sorotan.
Jokowi memulai pidato dengan menceritakan pengalaman masa kecil dan mengkaitkan pengalaman hidupnya dengan permasalahan yang bakal ditawarkan solusinya bila ia terpilih sebagai presiden. Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago berpendapat bahwa Jokowi ingin memainkan sintemen sisi humanisme, bagi pemilih swing voter atau undecided voter agar bisa mengubah pilihan mereka.
"Biasanya pemilih irasional justru terpikat oleh mainkan sentuhan humanisme seperti Soal berkat peran istri Jokowi menjadi sukses kariernya, soal beliau lahir dan tumbuh dari keluarga sederhana bukan dari turunan keluarga bangsawan," kata Pangi saat dihubungi Republika, Senin (25/2).
Dalam komunikasi politik, lanjut Pangi, konteks pidato Jokowi adalah ingin menyampaikan pesan dan makna yang ingin disampaikan bahwa Jokowi adalah sosok pekerja keras ketika memulai usaha. Dalam artian, bekerja keras itu agar rakyat tidak mengggalami hal yang sama ketika Jokowi dulu pernah merasakan sulit mengurus izin.
"Makna yang ingin beliau sampaikan bahwa beliau pemimpin yang dari bawah sehinga merasakan kesulitan rakyatnya," kata Pangi.
Pangi menjelaskan, Jokowi mencoba mengambil empati dan mengambil ceruk segmen pemilih irasional, memainkan emosi dan sintemen. Jokowi tidak lagi hanya berbicara hal yang serius dan terlalu berat bagi masyarakat soal program dan visi misi kerja, namun menyelipkan cerita yang ringan.
"Ini yang punya dampak besar peningkatan elektabilitas. Sederhana dan hanya mengambil atau in zoom sisi humanisme dan personal branding, bisa memengaruhi pemilih," ujar pengamat poltik asal UIN itu.
Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai, pidato politik Jokowi mengungkap sisi perjuangan seorang Jokowi dari bawah. Ujang menilai pidato tersebut bisa menjadi acuan pemilih tetap memantapkan hati dalam mendukung Jokowi.
Ujang juga menganggap, pidato seperti yang dilakukan Jokowi bisa menggaet dan menarik swing voters yang kebanyakan dari kaum millenial. "Pidato success story yang bisa dijadikan contoh bagi generasi muda Indonesia. Karena bagaimanapun generasi millenial harus diberi contoh kongkret," kata Ujang.