REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qiamulail sering kali kata itu beredar di tengah-tengah kita. Apa sesungguhnya makna dan bagaimana penggunaan kata itu? Qiamulail berasal dari bahasa Arab dan terdiri atas dua kata pokok, yaitu qiyam dan lail. Qiyam berarti berdiri atau mendirikan, sedangkan lail bermakna malam.
Penggabungan dua kata itu menghasilkan satu makna yang mengantarkan pada satu istilah, yakni menghidupkan malam. Dalam konteks tuntunan Islam, qiamulail ialah menghidupkan malam dengan ritual ibadah tertentu saat sebagian besar manusia tengah lelap tertidur. Ibadah yang dilakukan beragam, yang paling utama ialah shalat tahajud. Ini seperti ditegaskan surah al-Isra’ ayat 79 dan al-Muzammil ayat 1-4. Tentunya, amalan seperti zikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan.
Ada banyak keutamaan dan fungsi dari kegiatan ini. Qiyam adalah aktivitas yang sangat dianjurkan Allah dan Rasulullah. Qiyam merupakan kebiasaan orang-orang saleh dan calon penghuni surga. Siapa yang menunaikan qiyam itu, dia akan terpelihara dari gangguan setan dan akan bangun di pagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan qiyam, ia akan bangun di pagi hari dalam keadaan jiwanya dililit kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal saleh.
Sebuah hadis menyebutkan, “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang di antara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (ke pada orang yang tidur itu), ‘Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.’ Maka, apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul.”
“Kemudian, apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan ke mudian, apabila ia shalat, terurailah simpul yang terakhir. Maka, ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni, tidak bangun shalat dan ibadah di malam hari), ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal saleh).”
Qiamulail menjadi sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabb- nya. Seorang Muslim yang kon sisten mengerjakan qiyam, pasti dicintai dan dekat dengan Allah SWT. Karena itu, Rasulullah meng anjur kan, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orangorang saleh sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR Ahmad)
Qiyam juga merupakan sarana me raih kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Sa lam menegaskan, shalat malam akan mem permudah seseorang masuk surga. Qiyam memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Selain itu, qiyam akan mudah dilakukan jika seseorang terhindar dari maksiat.
Seorang sahabat pernah mengaku kesulitan melakukan qiyam. Setelah di telusuri, ia mengaku telah berbuat maksiat. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Mengapa orang-orang yang suka bertahajud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Ia menjawab, “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya- Nya.”