REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin mengakui, tidak mudah baginya untuk menjalani debat ketiga pemilihan presiden (pilpres) 2019, khususnya menyangkut batas waktu yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebagai seorang ulama, Kiai Ma'ruf tidak biasa dibatas-batasi saat menyampaikan ajaran agama kepada umat Islam.
"Nah, itu (manajemen waktu) yang buat ustaz itu susah karena kita biasanya bicara lepas satu jam-dua jam. Ketika itu dibatasi, itu yang tidak mudah. Saya mesti menyesuaikan dengan waktu," ujar Kiai Ma'ruf saat akan melakukan perjalanan ke Cilegon dari kediamannya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3).
Kendati demikian, Kiai Ma'ruf mengaku tidak melakukan persiapan khusus untuk menjalani debat ketiga bersama cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno. Karena itu, sampai hari ini, Kiai Ma'ruf masih terus menghadiri agenda silaturahim untuk menyapa masyarakat.
"Persiapan debat biasa saja. Saya jalan, ya, jalan saja. Persiapan debat, ya, ngobrol-ngobrol aja, jadi enggak ada yang spesifik," ucap Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Dalam kunjungannya ke Cilegon hari ini, Kiai Ma'ruf berencana untuk bertemu dengan para ulama se-Kota Cilegon dan juga akan menghadiri acara Haul Sultan Ageng Tirtayasa, tokoh pejuang asal Banten, di Serang
Atas jasa-jasanya kepada negara, Sultan Ageng diberi gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970. Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten.
"Sultan Ageng Tirtayasa itu pahlawan nasional tokoh Banten pejuang yang melawan Belanda. Punya nilai sejarah yang tinggi dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Dia sultan yang anti penjajahan," kata Kiai Ma'ruf.