Ahad 17 Mar 2019 17:13 WIB

PM Selandia Baru akan Temui Facebook

Pelaku penembakan masjid Christchurch menyiarkan langsung aksinya di Facebook.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Teror Masjid Christchurch. PM Jacinda Ardern bertemu dengan komunitas Muslim, Sabtu (16/3), di Canterbury Refugee Centre di Christchurch. Pertemuan merupakan upaya PM untuk menjamin keamanan komunitas Muslim dan imigran.
Foto: Kantor PM Selandia Baru via AP
Teror Masjid Christchurch. PM Jacinda Ardern bertemu dengan komunitas Muslim, Sabtu (16/3), di Canterbury Refugee Centre di Christchurch. Pertemuan merupakan upaya PM untuk menjamin keamanan komunitas Muslim dan imigran.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan akan melakukan pembicaraan dengan perusahaan media sosial Facebook. Mereka hendak membahas tentang bagaimana Brenton Tarrant dapat menyiarkan secara langsung aksi penembakannya di dua masjid di Christchurch.

Pascainsiden penembakan, video milik Tarrant segera beredar luas di berbagai platform media sosial. "Kami melakukan sebanyak yang kami mampu untuk menghapus beberapa rekaman yang tersebar setelah serangan teroris ini," ujar Ardern, Ahad (17/3).

Baca Juga

Namun upaya tersebut tentu sangat bergantung pada pengelola platform media sosial tersebut. "Ini adalah masalah yang saya akan bahas untuk berdiskusi langsung dengan Facebook," ucap Ardern.

photo

Facebook telah mengatakan stafnya akan bekerja sepanjang waktu untuk menghapus konten yang melanggar kebijakannya, termasuk video penembakan di masjid Christchurch. Perwakilan Facebook Selandia Baru Mia Garlick mengungkapkan 1,5 juta video penembakan Christchurch telah dihapus sehari pascakejadian.

"Dalam 24 jam pertama, kami menghapus 1,5 juta video serangan secara global, lebih dari 1,2 juta diblokir saat diunggah," ujar Garlick.

Desakan untuk menghilangkan video penembakan Christchurch juga muncul dari berbagai politikus dunia. Senator Demokrat Amerika Serikat (AS) Cory Booker mengatakan perusahaan media sosial memiliki tanggung jawab menangani hal tersebut.

"Perusahaan teknologi memiliki tanggung jawab melakukan hal yang benar secara moral. Saya tidak peduli dengan keuntungan Anda," kata Booker.

"Ini adalah kasus di mana kamu memberikan platform untuk kebencian. Itu tidak bisa diterima, itu seharusnya tidak pernah terjadi, dan itu seharusnya diturunkan diturunkan jauh lebih cepat," ujar Booker.

Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid menyerukan hal serupa. "Kalian benar-benar perlu berbuat lebih banyak @YouTube @Google @Facebook @Twitter, untuk menghentikan ekstremisme keras yang dipromosikan di platform kalian," katanya di akun media sosialnya.

Saat melakukan aksi penembakan terhadap dua masjid di Christchurch, Tarrant menyiarkannya secara langsung melalui akun Facebook-nya. Video berdurasi sekitar 17 menit itu kemudian tersebar luas di berbagai platform media sosial.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement