REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Litbang Kompas merilis survei terbaru. Dalam survei tersebut, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf turun sebesar 3,4 persen. Sebelumnya, litbang Kompas merilis survei bahwa Jokowi-Ma'ruf memiliki elektabilitas 52,6 persen. Sedangkan saat ini, elektabilitas Jokowi 49,2 persen.
Di sisi lain, elektabilitas Prabowo-Sandi naik 4,7 persen. Sebelumnya, Litbang Kompas merilis survei bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi 32,7 persen. Saat ini, Prabowo-Sandi memiliki elektabilitas 37,4 persen.
Selanjutnya, Litbang Kompas juga merilis persentase pemilih yang belum menentukan pilihan. Jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan pada survei sebelumnya 14,7 persen. Dalam survei terbaru, jumlah mereka turun menjadi 13,4 persen.
Survei tersebut dilakukan sejak 22 Februari hingga 5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan, survei litbang kompas terbaru harus diwaspadai oleh pasangan Jokowi-Amin. "Survei Kompas itu harusnya diwaspadai oleh Jokowi. Dalam logika survei, pejawat baru dikatakan aman jika ia mengantongi 60 persen suara. Elektabilitas Jokowi dalam survei tersebut hanya 49,2 persen, kata Adi, Rabu (20/3).
Kemudian ia menjelaskan, meskipun dalam survei itu selisih antara Jokowi dan Prabowo sebesar 11,8 persen. Dalam 1 bulan ke depan, akan ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi. "Selisih dalam survei kompas sebesar 11 persen itu bisa dianggap sedikit. Soalnya selisih Jokowi dan Prabowo dalam survei yang lain biasanya mencapai 20 persen," kata Adi.
Selanjutnya, Adi menambahkan, dalam survei tersebut tidak dijelskan soal penyebab turunnya elektabilitas Jokowi ataupun naiknya elektabilitas Prabowo.
Akan tetapi, menurut Adi setidaknya terdapat 3 kemungkinan penyebab turunnya suara Jokowi. "Bisa saja karena serangan-serangan pejawat selama ini kontra-produktif, kinerjanya tidak berbuah manis dengan dukungan, atau karena sentimen agama," kata Adi.
Menanggapi hal tersebut, Jokowi mengatakan, hasil survei yang menyebut bahwa elektabilitasnya merosot tersebut justru bisa mendorong para relawan dan mesin partai untuk bekerja lebih militan. Ia menyebutkan, di sisa waktu satu bulan menjelang pilpres ini Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf lebih banyak bekerja di akar rumput untuk merebut suara rakyat bawah.
"Survei ini banyak sekali, mungkin ada lebih dari 10. Semuanya kita pakai untuk evaluasi, untuk koreksi. Untuk memacu bekerja lebih baik lagi. Semua survei kita lihat. Sebagai bahan koreksi, sebagai bahan evaluasi," kata Jokowi usai bertemu dengan para calon legislatif (caleg) di Sekretariat DPD PDIP DKI Jakarta, Rabu (20/3).
Capres 01 Jokowi bertemu dengan para caleg PDIP di Sekretariat DPD DKI Jakarta, Rabu (20/3).
Jokowi menambahkan, hasil survei yang menunjukkan elektabilitasnya merosot justru menjadi peringatan bagi kader untuk menggenjot kampanye. Sebaliknya, Jokowi menduga hasil survei yang terus-terusan menunjukkan hasil positif justru akan membuat tim kampanye tidak waspada dengan pergerakan lawan.
"Hasil (survei) yang baik justru akan melemahkan kita. Jadi tidak waspada. Hasil survei yang tidak baik atau kecil bisa mendorong memicu seluruh relawan kader untuk bekerja lebih militan lagi," katanya.
Jokowi juga menaruh perhatian khusus untuk DKI Jakarta yang dianggap cukup menentukan kemenangan kandidat 01. Ia meminta relawan dan kader untuk bekerja ekstra menghalau hoaks atau kabar bohong yang beredar di kalangan masyarakat. Menurutnya, apa yang terjadi di Jakarta biasanya merembet ke provinsi lain di Indonesia.
"Saya kira mengelola informasi mengelola kejadian kejadian yang ada di Jakarta saya kira sangat penting. Karena biasanya dari jakarta bisa berimbas ke provinsi lain," katanya.
Jokowi pun meminta pendukungnya lebih militan lagi dalam menggaet suara dalam sebulan sisa waktu menjelang pilpres. "Kalau saya hasil (survei) yang baik justru akan melemahkan kita. Jadi tidak waspada. Hasil survei yang tidak baik atau kecil bisa mendorong memicu seluruh relawan kader untuk bekerja lebih militan lagi," jelas Jokowi.
Di depan para caleg, Jokowi juga meminta mereka mengajak masyarakat untuk ramai-ramai mendatangi TPS (Tempat Pemungutan Suara) pada 17 April 2019 nanti. Ia berharap suara golput ditekan sekecil.
"Ini tinggal kerja di bawah saja. Kerja di lapangan. Sudah ngga ada rapat rapat lagi. Tadi yang kita tekankan juga itu," kata Jokowi.
Sementara, Kiai Ma’ruf mendorong tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf, khususnya relawan sayap agar lebih diefektifkan lagi dalam bekerja. "TKN dan TKD, tentu kita dorong tapi juga sayap-sayap itu juga, di bawah banyak sayap. Ini relawan sayap ini juga diefektifkan," ujar Kiai Ma'ruf.
Kiai Ma'ruf mengatakan, kelompok relawan di akar rumput jumlahnya sangat besar, sehingga tim relawan harus lebih dikordinasikan dan digerakkan lebih efektif. Dia percaya kelompok relawannya akan bisa menjelaskan programnya kepada masyarakat.
Karena, menurut dia, relawannya tidak kalah militan dengan relawan pasangan calon nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga Uno. "Kemarin di Pamekasan, Madura lihat mereka, hujan-hujanan aja gak bubar. Apa gak lebih militan (dari relawan Prabowo-Sandiaga, red)," ujar Kiai Ma'ruf di Balikpapan, Rabu (20/3).
Kiai Ma'ruf menambahkan, dirinya dan Jokowi juga didukung oleh ulama-ulama tarekat. Karena itu, dia percaya pengikut tarekat akan mengikuti ucapan para gurunya. "Ya semua dengan ulama pimpinan tarekat kita silaturahmi," katanya.
Selain itu, demi meningkatkan elektabilitas pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, sebanyak 162 ribu calon legislatif (caleg) akan dikerahkan untuk mengkampanyekan keduanya. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN), Aria Bima.
"Seluruh caleg kita ini ada 162 ribu dari 10 partai, semua harus kerja. Ditambah relawan, ditambah tokoh masyarakat untuk kampanye," ujar Aria Bima di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
Selain untuk mengkampanyekan Jokowi-Ma'ruf Amin, para caleg, relawan, dan tokoh masyarakat tersebut juga bertugas untuk melawan berita hoaks yang ditujukan kepada paslon nomor urut 01. Karena, TKN merasa geram dengan banyaknya berita fitnah yang berusaha menjatuhkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Ini penting (kampanye oleh para caleg), karena hoaks ini adalah fitnah yang memperkecil penurunan suara kita. Satu bulan cukup," ujar Aria Bima.
Selain itu, jelang Pilpres yang kurang dari sebulan lagi, Aria Bima mengatakan bahwa pihaknya akan memanfaatkan kampanye terbuka. Di mana kampanye terbuka akan dimulai pada 24 Maret hingga 13 April mendatang.
"Ini tidak bisa tidak harus dikerjakan, dengan kerja-kerja politik. Tidak bisa saja didiamkan, untuk membangun persepsi publik dengan konten-konten dengan berbagai kegiatan," ujar Aria Bima.
Prabowo Di Kesultanan Kadriah Pontianak. Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) menjalani prosesi penganugerahan gelar oleh Sultan Pontianak Syarif Mahmud Melvin Alkadrie (kiri) di Istana Kesultanan Kadriah Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (17/3/2019).
Tanggapan BPN
Anggota BPN Prabowo-Sandi, Tb Ardi Januar menyatakan, Indonesia saat ini sedang "musim" Prabowo-Sandi. Menurut Anggota BPN tersebut, "musim" Prabowo-Sandi bisa dilihat dari antusiasme masyarakat. Mereka menyambut acara pasangan calon 02 dengan penuh suka cita.
"Acara Prabowo-Sandi di daerah selalu "pecah" (dihadiri oleh banyak orang). Sedangkan beberapa acara Jokowi dan Maruf Amin di beberapa daerah justru sepi," kata Tb Ardi Januar.
Kemudian, Tb panggilan akrab Ardi Januar mengatakan, padahal seharusnya acara Jokowi lebih ramai. "Jokowi adalah pejawat, sehingga sumber dayanya lebih besar. Setiap hari bisa menyapa masyarakat di daerah," kata politikus muda Gerindra itu.
Di sisi lain, Tb Ardi mengejaskan, Prabowo-Sandi memiliki keterbatasan anggaran, keterbatasan alat peraga kampanye. "Bahkan di beberapa daerah masyarakat secara sukarela membuat spanduk sendiri dengan bahan seadanya, ada yang dari karung," kata Tb Ardi.
Ketika ditanyakan soal masa pencoblosan yang kurang dari satu bulan. Tb Ardi menjelaskan, survei bukanlah indikator satu-satunya untuk melihat elektabilitas pasangan calon. Antusiasme masyarakat juga bisa dimaknai sebagai gambaran elektabilitas itu. "Prabowo-Sandi bukan hanya siap menang, tapi juga siap menjabat," pungkas Tb Ardi.