REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mendapatkan ancaman melalui Twitter. Sebuah postingan di Twitter yang berisi foto pistol dan tulisan "You are next" dikirimkan kepada Ardern.
Dilansir New Zealand Herald, Jumat (22/3), unggahan yang berisi ancaman tersebut telah beredar di Twitter selama 48 jam. Postingan ancaman itu tidak hanya ditujukan bagi Ardern, namun juga Kepolisian New Zealand.
Setelah dilaporkan oleh sejumlah warga net, akhirnya akun Twitter yang menyebarkan ancaman itu telah dihapus. Akun tersebut berisi konten anti-Islam dan ujaran kebencian dari supremasi kulit putih. Seorang juru bicara kepolisian mengatakan kepada New Zealand Herald, saat ini polisi sedang menyelidiki ancaman itu dan meningkatkan keamanan di Selandia Baru.
Sementara itu, juru bicara Twitter mengatakan, Twitter melarang postingan yang mengandung ancaman serta kekerasan. Pihaknya segera mengambil tindakan setelah menerima laporan dari warga net terkait tweet ancaman tersebut. Twitter akan bekerja sama dengan kepolisian untuk membantu penyelidikan lebih lanjut.
"Tim kami terus bekerja secara proaktif untuk menghapus konten yang melanggar dan ilegal sehubungan dengan serangan Christchurch. Kami juga terus bekerja sama dengan penegak hukum untuk memfasilitasi penyelidikan mereka," ujar pernyataan pihak Twitter.
Sebelumnya, Ardern ikut berdampingan dengan ribuan rakyatnya untuk memperingati sepekan serangan teroris di dua masjid yang menewaskan 50 umat Muslim. Ardern yang mengenakan kerudung dan baju hitam memberikan pidato singkat untuk menguatkan rakyatnya, terutama umat Muslim pasca-serangan teror tersebut.
"Selandia Baru berduka bersama kalian. Kita adalah satu," ujar Ardern.
Jumlah Muslim di Selandia Baru hanya sekitar 1 persen dari keseluruhan jumlah populasi. Banyak wanita di Selandia Baru yang mengenakan kerudung sebagai bentuk dukungan kepada umat Muslim. Mereka juga membuat gerakan #headscarfforharmony yang menjadi trending topic di Twitter.
"Kami mengenakan kerudung untuk menunjukkan dukungan, cinta, dan solidaritas kami. Kami ingin menunjukkan kepada wanita Muslim bahwa kami adalah satu," ujar salah satu warga Selandia Baru, Robyn Molony yang ikut mengenakan kerudung di Hagley Park.