Kamis 28 Mar 2019 16:05 WIB

Menhan AS: Senjata Anti-Satelit India Kotori Ruang Angkasa

India menguji coba senjata anti-satelit dengan menembak satelit sendiri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Satelit (ilustrasi)
Foto: wreckamovie.com
Satelit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Patrick Shanahan memperingatkan negara mana pun yang ingin melakukan ujicoba senjata anti-satelit (ASAT) seperti India akan menciptakan risiko membuat luar angkasa 'berantakan'. Sebab serpihan-serpihan satelit tetap akan berada di luar angkasa.

Dalam kunjungannya ke Markas Militer AS di Florida, Shanahan mengatakan Amerika akan mempelajari hasil tembakan rudal India. Pada Rabu (27/3), India menembak satelit mereka sendiri dengan rudal anti-satelit.

Baca Juga

"Pesan saya adalah: Kita semua hidup di angkasa, mari tidak menciptakan mengotorinya, luar angkasa harus menjadi tempat di mana semua orang bisa melakukan kerja sama, luar angkasa tempat di mana semua orang memiliki kebebasan untuk beroperasi," kata Shanahan, Kamis (28/3).

Para pakar mengatakan senjata anti-satelit membahayakan luar angkasa. Hal itu karena target mereka hancur dan menciptakan awan fragmen yang dapat bertabrakan dengan objek lain di luar angkasa yang berpotensi memicu efek berantai proyektil melalui orbit Bumi.

Kementerian Luar Negeri India mengecilkan risiko yang dipicu serpihan satelit. Mereka mengatakan dampaknya terjadi di orbit bawah Bumi dan puing-puingnya 'akan membusuk dan jatuh ke Bumi dalam beberapa pekan'. Komando Strategis AS melacak lebih dari 250 serpihan puing-puing satelit yang ditembak India.

"(Kami akan) mengeluarkan notifikasi pendekatan jarak dekat yang dibutuhkan sampai serpihan-serpihan masuk ke atmosifir Bumi," kata juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Dave Eastburn.

Pemerintah India dan AS yang memiliki hubungan dekat sudah membicarakan hal itu. Eastburn mengatakan India secara terbuka sudah membuat laporan keselamatan pesawat sebelum meluncurkan rudal.

Wakil Komandan Angkatan Udara Komando Luar Angkasa, Letnan Jendral David Thompson menambahkan sampai saat ini Stasiun Luar Angkasa Internasional tidak berisiko apa-apa. Dalam kesaksiannya kepada House Appropriations Committee, Kepala NASA Jim Brindenstine mengatakan dampak dari senjata anti-satelit dapat bertahan lama.

"Jika hancur di luar angkasa, tidak dapat kembali lagi," katanya tanpa mengucapkan India.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan negaranya menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.  AS menjadi negara pertama yang melakukan ujicoba rudal anti-satelit pada 1959, ketika satelit masih jarang dan baru.

Shanahan mengatakan melihat semakin banyak negara yang bergantung dengan luar angkasa maka harus ada aturan di luar angkasa. Shanahan menambahkan tidak adanya aturan membuatnya khawatir.

"Jadi penting bagaimana orang-orang melakukan uji coba dan mengembangkan teknologi, saya berharap siapa pun yang melakukan uji coba tidak menciptakan risiko untuk aset orang lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement