Jumat 05 Apr 2019 01:49 WIB

Pancasila Sebagai Darul Ahdi Wasyahadah

Muhammadiyah menyebut Pancasila Darul Ahdi Wasyahadah atau perjanjian bangsa

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana sosialisasi Pancasila di Universitas Muhammadiyah Cirebon, Kamis (4/4).
Suasana sosialisasi Pancasila di Universitas Muhammadiyah Cirebon, Kamis (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Prof Khaerul Wahidin mengatakan, siapa pun yang mengamalkan Pancasila maka niscaya dapat memperkokoh dan memperkuat jati diri negara yang bermartabat. Dia menyebut, dalam konteks kebangsaan maka pancasila itu merupakan hadiah terbesar umat Islam kepada seluruh rakyat Indonesia.

"Karena itu, jangan diragukan lagi (nasionalisme) umat Islam. Kalau Muhammadiyah itu menyebut Pancasila sebagai darul ahdi wasyahadah, sebagai perjanjian bangsa Indonesia," kata Khaerul saat membuka sosialisasi 'Menggali Mutiara Pancasila dan Semangat Gotong Royong' yang diikuti ratusan mahasiswa dan dosen di UMC, Kamis (4/4).

Menurut dia, Muhammadiyah berperan besar dalam berdirinya negara ini hingga menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Khaerul mengatakan, saat perumusan menggali Pancasila yang dilakukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada masa kemerdekaan, Ki Bagus Hadikusumo terlibat secara langsung. Menurut dia, peran Ki Bagus yang merupakan tokoh Muhammadiyah pada akhirnya ikut membidani lahirnya Pancasila.

Untuk itu, Khaerul mengajak masyarakat sekarang untuk ikut menjaga Pancasila agar dapat terus tegak berdiri di tengah masyarakat. "Tentunya kita berjuang, Pancasila harus dipahami dan diimplementasikan tepat sehingga tak ada konflik dan pertentangan di masyarakat, agar Indonesia tak jadi negara gagal," ucapnya.

Dia menambahkan, masyarakat dan pemerintah harus saling membangun kehidupan demokratis agar Indonesia ke depan menjadi bangsa yang besar dan maju. Syarat kalau ingin menjadi bangsa yang kuat, lanjut Khaerul, Indonesia harus jadi bangsa yang berani dan gagah, bukan bangsa peminta-minta. Dia pun mengajak setiap orang untuk bisa menerapkan nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang sesuai dengan ajaran Islam.

"Jadi bangsa yang punya daya tahan, tidak menjadi bangsa yang lemah dari berbagai hantaman. Itulah orang yang Pancasila-nya dan berislamnya benar. Itulah orang yang bermartabat.

Staf Ahli Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Fendi Setyawan mengatakan, saat ini ada lima isu strategis yang menjadi garapan BPIP untuk mengenalkan Pancasila ke masyarakat luas. Pertama pemahaman Pancasila, agar diperlukan internalisasi nilai-nilai yang dulu diajarkan di bangku SD. “Sekarang tidak ada, tapi sekarang diajarkan sifatnya tidak bentuk doktrin seperti yang disampaikan Presiden Jokowi,” ucap Fendy.

Isu kedua terkait inklusi sosial, ketiga tentang kesenjangan sosial, di mana jarak antara yang kaya dan miskin semakin melebar, keempat pelembagaan Pancasila, dan kelima keteladanan Pancasila. Dia mengatakan, kelima masalah itu perlu ditangani agar tidak semakin banyak masalah yang dihadapi Indonesia.

Karena itu, Fendy mengatakan, BPIP ingin terus menyosialisasikan nilai-nilai mutiara yang terkandung dalam Pancasila agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement