Selasa 09 Aug 2022 11:47 WIB

BPIP Bedah Karya Musik Budaya Lokal dalam Perspektif Kebangsaan di Palu

BPIP dan Pemkot Palu menggelar acara Bedah Musik Kebangsaan pada Ahad (7/8/2022)

BPIP dan Pemkot Palu menggelar acara Bedah Musik Kebangsaan pada Ahad (7/8/2022).
Foto: BPIP
BPIP dan Pemkot Palu menggelar acara Bedah Musik Kebangsaan pada Ahad (7/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah menggelar acara Bedah Musik Kebangsaan bertajuk Bedah Karya Musik Budaya Lokal dalam Perspektif Kebangsaan. Acara digelar di Triple F Cafe n Resto, Palu pada Ahad (7/8/2022).

Sekretaris Utama BPIP Adhianti mengatakan musik merupakan sebuah identitas bangsa dan sangat penting. Karena itu, pada 1918 Ki Hajar Dewantara memikirkan kapan bangsa Indonesia memiliki lagu kebangsaan.

Baca Juga

“Inilah yang yang dipikirkan Ki Hajar Dewantara pada 1918 yang kemudian ditanggapi oleh W.R. Soepratman pada 1924 dan beliau mulai mengaransemen lagu Indonesia Raya. Bukan hal yang mudah untuk mengaransemen lagu pada masa penjajahan. Bahkan, W.R. Soepratman pun harus ditangkap Belanda karena telah mengaransemen lagu kebangsaan," kata Adhianti.

Menurutnya, dulu orang mengenal Pancasila dengan doktrin seperti hafalan dan pelajaran konstitusi. Namun, untuk saat ini dibutuhkan cara-cara yang segar agar kaum milenial bisa tertarik dalam memahami nilai-nilai Pancasila.

"Tidak ada satu bangsa pun yang tidak memiliki musik dan musik terdapat di setiap aspek kehidupan. Di sejumlah negara, musik dianggap sebagai pengetahuan yang wajib bukan sekadar hiburan. Dapat dikatakan semua negara menggunakan musik sebagai suatu cara dalam membangun nasionalisme dan tidak ada satu negara pun yang tidak memiliki lagu kebangsaan,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Palu, Ansyar Sutiadi, mengatakan acara seperti ini merupakan suatu wadah untuk berekspresi bagi anak bangsa dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di era milenial. Sosialisasi nilai-nilai Pancasila melalui musik bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila bagi generasi milenial.

Dengan demikian mereka dapat memahami filosofi dari lagu-lagu kebangsaan yang telah diciptakan oleh para pejuang yang akan menggetarkan semangat perjuangan dan nasionalisme. Selain melalui musik, berbagai karya seni budaya lokal dan kearifan lokal yang ada dapat pula menjadi perekat dan memperkuat karakter bangsa.

Musisi Gilang Ramadhan menyarankan perlunya sosialisasi Pancasila melalui musik lebih digaungkan khususnya melalui berbagai lagu-lagu daerah. Melihat kondisi saat ini, musik daerah hanya dimainkan sebagai pelengkap suatu acara. Padahal musik daerah seharusnya bisa menjadi suatu hidangan utama. Diharapkan lagu daerah dapat terus dilestarikan agar tidak kalah bersaing dengan berbagai musik kontemporer.

Budayawan Ngatawi Al-Zastrouw menjelaskan bangsa Indonesia mempunyai kearifan lokal yang dapat menangkal radikalisme dan terorisme. Namun ini bukan berarti kearifan lokal menjadi solusi radikalisme dan terorisme, melainkan apakah masyarakat Indonesia mampu memanfaatkannya untuk itu. “Kearifan lokal itu ibarat emas dan berlian yang perlu diolah,” kata Ngatawi.

Kearifan lokal bukan sekadar pengetahuan, melainkan ilmu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya nilai-nilai Pancasila. Di sisi lain menurut selebgram dan youtuber Cindy Gulla, sosialisasi Pancasila yang digagas oleh BPIP merupakan sebuah terobosan yang sangat baik.

Kegiatan ini adalah terobosan dalam membumikan nilai-nilai Pancasila dengan mengandeng kaum muda milenial agar lebih mencintai karya anak bangsa sehingga tidak kalah saing dan bisa go internasional. Kaum muda juga dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari antara lain dengan penggunaan batik, bahasa daerah, maupun melestarikan lagu-lagu daerah.

Acara Bedah Musik Kebangsaan ini dihadiri sejumlah narasumber dan peserta. Di antaranya Sekretaris Utama BPIP Adhianti, Direktur Sosialisasi dan Komunikasi M. Akbar Hadiprabowo, Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila Muhamad Sabri, Kepala Biro Pengawasan Internal Abbas, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Palu Ansyar Sutiadi, musisi Gilang Ramadhan, budayawan Ngatawi Al-Zastrouw, selebgram Cindy Gulla serta sejumlah budayawan dan musisi Kota Palu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement