REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Balai Arkeologi DIY menyebut temuan situs di Sekaran, Sekarpuro, Kabupaten Malang menarik dan unik. Pasalnya, tak banyak temuan sejenisbatu di Malang Raya l
"Artinya apa? Sebagian besar bangunan candi di Malang berbahan batu andesit. Dan inii ditemukan bata, jadi menarik. Padahal lokasinya berdekatan dengan batuan andesit, lalu kenapa yang ini gunakan bata? Ini menarik dalam penelitian," kata Ketua Tim Balai Arkeologi DIY, Hery Priswanto saat ditemui Republika.co.id, Senin (15/4).
Secara makro, lokasi situs berada tak jauh dari Kali Amprong. Dalam hal ini wilayah tersebut pernah menjadi hunian di masa lampau berdasarkan sisi antropologi. Sebab, sungai sendiri selalu dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan, sarana transportasi dan media penghubung antara hulu dan hilir di masa lalu.
Kali Amprong sendiri menjadi salah satu bagian Sungai Brantas. Meski kecil, Kali Amprong memiliki peranan cukup besar di situs sekitarnya. "Salah satunya di situs Sekaran," tambah dia.
Di sisi lain, Hery juga mencoba memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar yang hendak memasuki situs. "Siapapun itu dan dari manapun, kalau mau penelitian harus sepengatahuan kelurahan dan pemerintah daerah (Pemda). Masuk situs juga harus lepas alas kaki dan tidak boleh merokok," tegasnya.
Seperti diketahui, terdapat temuan reruntuhan situs purbakala di atas lahan proyek tol Pandaan-Malang. Situs berada di Dusun Sekaran, Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang. Hal ini lebih tepatnya di atas lahan pembangunan jalan tol ruas Malang-Pandaan sektor IV, kilometer (km) 35. Situs ini diprediksi telah berdiri sejak masa pra Majapahit.
Temuan ini berupa struktur bata yang saat ini berada di dinding tebing tanah sisi barat daya jalan tol. Situs dapat ditemukan karena level tanah direndahkan sekitar tiga meter guna pembangunan jalan tol. Karena temuan ini, pengerjaan proyek tol di lokasi tersebut dihentikan sementara.