Kamis 18 Apr 2019 17:24 WIB

Gus Ipul: Protes Pemilu tak Bisa Selesai dengan Adu Kuat

jika ada kejanggalan, ada jalur hukum yang bisa ditempuh, bukan jalur jalanan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Saifullah Yusuf
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Saifullah Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) minta semua pihak bisa menahan diri dan menghormati apapun kehendak rakyat yang telah tersalurkan melalui proses pemilu pada Rabu (17/4). Menurutnya, semua jerih payah harus dihargai sebagai proses demokrasi.

"Pada akhirnya ada yang menang ada yang kalah. Saya pernah merasakan kemenangan juga pernah kalah, tapi ini adalah tahapan yang harus diikuti dan dihormati bersama,” kata Gus Ipul di Surabaya, Kamis (18/4).

Baca Juga

Menurut Gus Ipul, jika ada kejanggalan, atau mungkin menemukan masalah dalam proses pemilu kali ini, maka ada jalurnya yang harus dilewati. Yakni jalur hukum bukan jalur jalanan apalagi jalur people power yang belakangan sering disuarakan beberapa pihak.

Gus Ipul merasa, Pemilu kali ini, memang yang paling besar dan paling rumit yang dilaksanakan di Indonesia. Masyarakat pemilih dengan sabar dan telaten bahkan rela menunggu dan mengantre cukup lama untuk menyalurkan gak pilihnya.

“Ini pemilu besar dan paling rumit, namun bisa kita dilalui bersama. Ini perlu disyukuri dan harus dihargai jerih payah rakyat ke TPS apapun pilihannya,” kata dia.

Memang, kata dia, pasti ada catatan-catatan bagi kandidat. Ada keberatan atau masalah yang muncul. Namun, semuanya tidak bisa diselesaikan melalui jalur pengerahan massa. Para tokoh diharapkan juga tidak sembarangan mengumbar statemen yang memancing perpecahan di tengah masyarakat.

“Tidak bisa dengan cara adu kuat. Kalau adu kuat bisa sama-sama kuat. Kalau yang kalah punya massa, yang menang juga punya massa yang jauh lebih besar. Kami percara Pak Jokowi dan Prabowo adalah tokoh bangsa yang setelah Pilpres mampu merukunkan kembali,” kata dia.

Gus Ipul juga mengatakan, untuk meredam massa, para kiai-kiai sepuh di Jawa Timur juga segera menggelar pertemuan guna mendorong situasi tetap damai dan tenang. “Di sana ada ulamanya, di sini juga ada ulamanya. Kalau para ulama dan kiai kita bisa bertemu, insya Allah umat akan ikut. Kami semua ingin yang menang tidak jemawa yang kalah bisa lapang dada. Yang menang dan kalah bisa saling menghormati,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement