Selasa 23 Apr 2019 10:51 WIB

Bawaslu: Pengawas Pemilu yang Meninggal Jadi 33 Orang

Jumlah pengawas pemilu yang meninggal terbanyak di Jabar.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Bawaslu
Bawaslu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Mochammad Afifuddin mengatakan, jumlah pengawas pemilu yang meninggal dunia saat menjalankan tugas bertambah menjadi sebanyak 33 orang. Secara total, ada sedikitnya 566 orang pengawas pemilu mendapat musibah saat bertugas.

"Berdasarkan data yang dikumpulkan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bawaslu, hingga Senin, 22 April 2019 malam, tercatat 33 orang pengawas pemilu meninggal dunia," ujar Afif dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/4).

Baca Juga

Para pengawas yang meninggal dunia ini tersebar di 26 kabupaten/kota di 10 provinsi. Provinsi. Jumlah terbanyak pengawas pemilu yang meninggal adalah Jawa Barat yakni sebanyak 10 orang.

Selain itu, ada juga pengawas yang mengalami kekerasan dalam bertugas. Jumlahnya 19 orang yang tersebar di 16 kabupaten/kota di 11 provinsi.

"Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur adalah daerah yang pengawas pemilunya paling banyak mendapat kekerasan, yaitu masing-masing dua orang," ungkap Afif

Sementara itu, 117 orang pengawas pemilu mengalami kecelakaan. Jumlah itu tersebar di 66 kabupaten/kota di 22 provinsi. Di Jawa Timur, paling banyak pengawas pemilu yang tertimpa kecelakaan, yakni 22 orang.

"Selain itu, 160 orang pengawas pemilu yang tersebar di 77 kabupaten/kota di 22 provinsi menjalani rawat inap. Jumlah terbanyak terdapat di Sulawesi Selatan dengan 22 orang pengawas pemilu yang menjalani rawat inap," tutur Afif

Lebih lanjut, Afif mengatakan, 273 orang pengawas pemilu menjalani rawat jalan pada masa tugas pengawasan pemilu. Angka tersebut tersebar di 84 kabupaten/kota di 23 provinsi. Pengawas pemilu paling banyak menjalani rawat jalan ada di provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 40 orang.

"Bawaslu berduka atas banyaknya pengawas pemilu yang tertimpa musibah saat menjalankan tugas. Mereka adalah pejuang-pejuang demokrasi," tegas Afif. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement