Jumat 26 Apr 2019 07:16 WIB

Muslim Sri Lanka Berjuang Tepis Tudingan

Mereka ingin membuktikan Islam agama cinta damai dan penuh toleransi.

Pemuka agama dari berbagai agama di Lahore, Pakistan menyalakan lilin sebagai bentuk peringatan bagi korban bom Paskah di Sri Lanka, Rabu (24/4).
Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Pemuka agama dari berbagai agama di Lahore, Pakistan menyalakan lilin sebagai bentuk peringatan bagi korban bom Paskah di Sri Lanka, Rabu (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, NEGOMBO -- Kerukunan umat beragama di Sri Lanka merenggang pascateror pada hari raya Paskah, Ahad (21/4). Warga Muslim mendapat intimidasi dan ancaman dari penduduk setempat. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya memilih mengungsi ke tempat aman.

Dalam beberapa hari terakhir, komunitas Muslim Sri Lanka berupaya menunjukkan aksi solidaritas untuk membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai dan penuh toleransi. Masjid-masjid di Sri Lanka memutuskan tak mengumandangkan azan melalui pengeras suara demi menghormati warga yang sedang berduka.

Seperti dilaporkan the Washington Post, Kamis (25/4), spanduk besar berisi kecaman terhadap aksi teror dipasang di beberapa masjid. Bukan hanya itu, warga Muslim turut membantu mengemas makanan untuk para sukarelawan pemakaman massal.

Di Negombo, warga Muslim bahkan berinisiatif melakukan patroli keamanan di lingkungan masing-masing. Mereka memeriksa kendaraan dan pengunjung yang tak dikenal.

"Kami sebetulnya ingin melakukan lebih banyak. Namun, kami diminta untuk tidak melakukannya," kata seorang pengurus masjid, Mohammad Sufaree. Seperti diketahui, Gereja St Sebastian yang menjadi salah satu target serangan bom pada Ahad lalu terletak di Negombo.

Namun, sejumlah aksi solidaritas umat Islam tak dapat membendung meningkatnya seruan kebencian terhadap Muslim. Ini setelah kelompok radikal National Thowheed Jamaat dinyatakan sebagai pihak yang diduga kuat berada di balik aksi pengeboman terhadap tiga gereja dan empat hotel. Apalagi, kelompok radikal ISIS belum lama ini mengklaim diri sebagai dalang teror.

Rumah dan tempat-tempat usaha Muslim di Negombo dilaporkan di lempari batu oleh warga setempat. Sejak Ahad (21/4), para pedagang Muslim menutup tokonya karena mencemaskan keamanan mereka.

Seorang pedagang berlian di Negombo, Mohammad Jinah, mengatakan, umat Islam di Negombo mengutuk keras aksi pengeboman. "Akan tetapi, banyak dari mereka yang menyatakan bahwa serangan itu dilakukan umat Islam. Jadi, kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebelumnya, Negombo tempat yang damai, tapi sekarang semuanya telah terbalik," kata dia.

Gara-gara meningkatnya ancaman dan intimidasi, ratusan Muslim asal Pakistan di Negombo memilih mengungsi. Mereka meninggalkan Negombo menggunakan bus-bus yang telah di organisasi para pemimpin masyarakat dan polisi setempat.

Warga Muslim melarikan diri karena khawatir terhadap keselamatan mereka setelah adanya ancaman balas dendam dari penduduk setempat. "Karena ledakan bom, orang-orang Sri Lanka setempat menyerang rumah-rumah kami. Saat ini, kami tidak tahu ke mana kami akan pergi," ujar seorang Muslim Pakistan, Adnan Ali, Kamis (25/4).

Pendatang asal Pakistan yang tergabung dalam kelompok Ahmadiyah ikut mengungsi. Kelompok itu sejak beberapa tahun lalu diusir dari Pakistan karena dinyatakan menyimpang dari ajaran Islam.

Dampak dari rangkaian serangan bom tersebut membuat anggota komunitas Ahmadiyah Pakistan kehilangan tempat tinggal. Salah satunya adalah Farah Jameel yang mengaku telah diusir dari pemilik rumah kontrakan yang ditempatinya. "Dia berkata, 'keluar dari sini dan pergi ke manapun kamu ingin pergi, tetapi jangan tinggal di sini'," kata Jameel.

Jameel berkumpul dengan anggota kelompok Ahmadiyah lainnya di Masjid Ahmadiyah. Mereka menunggu bus yang akan membawa mereka ke lokasi yang lebih aman.

Awalnya, polisi menganggap para pengungsi Ahmadiyah di Negombo bukan sebuah ancaman. Namun, beberapa penduduk setempat melaporkan dan mencurigai komunitas Ahmadiyah Pakistan yang menetap di wilayah tersebut.

photo
Tentara Angkatan Laut Sri Lanka melakukan pemeriksaan keamanan terhadap pengendara motor di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (25/4).

Petugas Kepolisian Katara, Herath BSS Sisila Kumara, mengatakan, sebanyak 35 warga Pakistan yang berada di Masjid Ahmadiyah telah dibawa ke kantor polisi untuk keamanan mereka. Nantinya, mereka akan dikirim ke lokasi yang dirahasiakan.

"Semua orang Pakistan telah dikirim ke rumah-rumah yang aman. Ha nya mereka yang memutuskan kapan akan kembali," ujar Kumara.

Sri Lanka memiliki sejarah panjang dalam melindungi pengungsi, termasuk mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat tsunami dahsyat pada 2004. Pastor Jude Thomas mengatakan, para pengungsi dan pen datang tersebut membutuhkan waktu untuk menjalankan aktivitas seperti sedia kala setelah adanya serangan bom.

"Muslim dan Katolik hidup berdampingan. Ini merupakan daerah yang damai, tetapi sekarang hal-hal seperti itu telah muncul ke permukaan yang tidak dapat kita kendalikan," kata Thomas.

Tiga gereja dan empat hotel di tiga kota di Sri Lanka menjadi sasaran serangan bom pada Ahad lalu. Serangan dilancarkan saat umat Kristen sedang merayakan Paskah. Korban tewas dilaporkan telah mencapai 329 orang.

Kondisi di Sri Lanka sampai saat ini masih mencekam. Kemarin, sebuah ledakan bom kembali terjadi di sebelah timur Kolombo, ibu kota Sri Lanka.

Tak ada korban jiwa dari ke jadian tersebut. Kepolisian Sri Lanka masih menyelidiki ledakan tersebut. (Rizky Jaramaya/Fergi Nadira/reuters/ap ed:satria kartika yudha)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement