REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Gereja Katolik Sri Lanka membatalkan misa Minggu di Ibu Kota Kolombo selama dua pekan berturut-turut. Hal itu setelah adanya peringatan intelijen asing soal ancaman terhadap jemaat pascapengeboman mematikan di sejumlah gereja dan hotel mewah pada Minggu Paskah.
Pasukan keamanan Sri Lanka mengatakan mereka tetap mempertahankan siaga tinggi setelah intelijen melaporkan bahwa gerilyawan garis keras sedang merencanakan serangan susulan menjelang bulan suci Ramadan, yang dijadwalkan dimulai pada Senin.
Duta Besar AS untuk Sri Lanka pada pekan ini juga mengungkapkan sejumlah militan garis keras, yang menjadi dalang di balik pengeboman yang menewaskan lebih dari 250 orang kemungkinan masih berkeliaran dan merencanakan serangan susulan.
"Situasi keamanan masih belum normal," kata juru bicara Keuskupan Agung, Edmund Tillekeratne, Jumat (3/5).
Uskup Agung Kolombo, Kardinal Malcolm Ranjith pada Kamis menyebutkan "sumber asing yang sangat andal" memperingatkan sebuah serangan di gereja terkemuka. Ia juga meminta agar semua sekolah swasta Katolik di dalam dan sekitar ibu kota untuk saat ini tetap ditutup.
Sekolah akan dibuka kembali pada Senin. Menteri Pendidikan mengatakan sedikitnya satu petugas polisi disiagakan di setiap lembaga untuk melindungi anak-anak.
Pihak berwenang Sri Lanka, yang mendapat kecaman karena tidak bertindak atas peringatan serangan yang berulang, enggan menanggapi hal tersebut.