Selasa 07 May 2019 22:00 WIB

PT KAI akan Rekonstruksi Stasiun Kedundang

Rekontruksi stasiun Kedundang untuk mendukung kereta bandara.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja menyelesaikan pembangunan konstruksi Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, DI Yogyakarta, Jumat (14/12/2018).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Pekerja menyelesaikan pembangunan konstruksi Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, DI Yogyakarta, Jumat (14/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT KAI Daop 6 Yogyakarta akan melakukan rekonstruksi terhadap Stasiun Kedundang. Stasiun ini nantinya dapat digunakan sebagai naik dan turunnya penumpang KA Bandara yang ingin menuju Yogyakarta International Airport (YIA).

Kepala PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Eko Purwanto mengatakan, rekonstruksi akan mulai dilakukan pada 2019 ini. Sebelumnya, stasiun Wojo juga telah dilakukan rekonstruksi. Bahkan, Wojo telah digunakan sebagai pemberhentian bagi KA Bandara.

Baca Juga

Wojo sendiri juga sudah digunakan pada Senin (6/5), menyusul dioperasikannya YIA dan KA Bandara secara komersial.

Walaupun rekonstruksi Kedundang dimulai pada 2019 ini, Eko belum bisa memastikan kapan akan memulai proses rekonstruksi. Namun, ia memastikan rekonstruksi akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Kalau progresnya mungkin tahun ini mulai direkonstruksi. Dalam waktu dekat masih pakai Wojo, mungkin satu atau dua tahun ini," kata Eko.

Dengan dilakukannya rekonstruksi pada Stasiun Kedundang nanti, maka pemberhentian akhir KA Bandara tidak lagi di Stasiun Wojo. Namun, akan dipindahkan ke Stasiun Kedundang.

"Kereta bandara itu di kedundang nanti hanya stasiun dari arah barat Kutoharjo dan sekitarnya, dari Solo itu nanti beloknya di situ untuk masuk ke bandara itu hubungannya di Kedundang," kata Eko.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement